--**--
Matius
1
S: “Yehuda
memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar...” (Matius 1:3)
O: Salah satu perempuan yang disebutkan pada Matius 1 ini
adalah Tamar, yang adalah istri dari anak Yehuda (Kejadian 38). Istimewanya Tamar adalah.. dia jadi istri bagi
ayah-anak. Eh, maksudnya? Awalnya,
Tamar adalah istri bagi dua anak Yehuda—zaman dulu, apabila yang menikahinya
dulu telah meninggal, maka anak berikutnya wajib menikahi orang yang sama untuk
memperpanjang keturunan keluarga (Er dan Onan; yang kemudian dua-duanya mati
karena Tuhan membunuh mereka saking jahatnya mereka). Nah, karena mau
“menyimpan” Syela (anak bungsu Yehuda) sampai dia dewasa, Yehuda menyuruh Tamar
untuk pulang ke rumah ayahnya. Ehhh, nggak disangka-sangka, singkat ceritaaaa
kok Yehuda malah menghampiri Tamar sampe Tamar
was being a pregnant. Dan itu semua karena ketidakjujuran Tamar (kalo dia
bilang, “Maaf, saya Tamar, menantu Anda”, ceritanya pasti lain lagi) dan
“kecerobohan” Yehuda (kalo dia mastiin bahwa si wanita itu adalah Tamar, dia
pasti nggak akan macem-macem). Ujung-ujungnya, lahirnya Peres dan Zerah. Dan
Peres nantinya akan menjadi salah satu nenek moyang Yesus.
So
complicated lah
pokoknya -.-“ Tapi ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari bagian ini:
1.
Tindakan manusia nggak akan bisa melampaui rencana Tuhan. Buktinya, dari
peristiwa memalukan itu, Tuhan memakai mereka untuk menjadi beberapa orang yang
terlibat dalam karya keselamatan-Nya.
2.
Hati-hati kalo mau berbuat sesuatu. Cek. Tanya ke Tuhan, “Apa bener ini sesuai
sama kehendak Tuhan? Ato gimana?”. Nggak asal terabas.
3.
Harus jaga kekudusan hidup. Jangan mengumbar-umbar kekudusan cuma untuk
kepuasan sesaat.
A: 1. Aku bersyukur untuk penggenapan janji Tuhan yang bisa
melibatkan siapapun. Ga harus orang yang “baik-baik”, Dia juga bisa pakai orang
seperti Yehuda dan Tamar untuk menggenapi janji Tuhan. Ga boleh songong,
mentang-mentang hidup lebih baik daripada yang lain terus nganggep yang lain
cuma pemeran figuran dalam janji-Nya. Padahal Tuhan bisa aja pakai mereka
dengan peran yang luar biasa... tinggal kitanya yang mau ato nggak.
2.
Jaga kekudusan hidup. Ya ini udah sering dibahas sih. Apalagi kalo udah mulai
ada godaan-godaan dari si Jahat, harus cepet-cepet berbalik kepada Tuhan.
Berlindung pada-Nya.
3.
Tanya ke Tuhan sebelum ngelakuin apapun (apalagi untuk hal yang besar, misalnya
kuliah ke luar negeri, ato pernikahan, dll.), biar tahu apa yang Dia kehendaki.
P: Tuhan, ajar aku buat nggak sok tahu dan sombong karena
merasa hidup lebih baik daripada yang lain. Aku bersyukur karena Engkau
berkenan untuk memakai siapapun untuk menggenapi rencana-Mu. Kiranya hidupku
berkenan juga di hati-Mu, ya Bapa. Amin.
--**--
Proverbs
of the day – Chapter 1
S: “... untuk memberikan kecerdasan
kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan kepada orang muda...” (Amsal 1:4)
O: Hikmat itu penting buat siapapun dan dalam kondisi
apapun. Nggak cuma waktu zaman kerajaan ato zaman kaya’ sekarang. Dari dulu
sampe sekarang, manusia tuh butuh hikmat. Tapi sayangnya, hikmat semakin lama
semakin dianggap sebagai sesuatu yang kuno. “Halah, itu mah buat emak engkong gw”. Padahal no. Di manapun dan siapapun kita, yang namanya hikmat itu wajib dimiliki. Dan nggak bisa
diperoleh dengan sembarangan :) Hikmat yang sejati itu cuma bisa diperoleh dari
Tuhan.
Kita bakal kesulitan
memperoleh hikmat kalo kita a) mengeraskan
hati buat baca firman Tuhan dan ngelakuinnya; b) nggak mau dengerin didikan dan nasehat orang lain. Tuhan bisa pake
siapapun buat ingetin kita, lho (lihat Matius), dan c) nggak mau merendahkan hati untuk dibentuk dengan cara Tuhan
A: Sebenernya aku ada sharing
tentang bagian ini sih :p Tapi bingung ceritanya gimana haha. Intinya, aku
belajar dari sebuah pengalaman bahwa kalo sejak awal kita mengeraskan hati dan
nggak mau ditegur orang lain (which means
kita mengabaikan didikan Tuhan), hmmm... siap-siap aja. Orang lain pun
(termasuk anak-anak kita kelak!) akan menirukan hal yang sama. Didikan itu
penting bangettt. Karena dari situ, kita juga bisa belajar dari cari tahu apa
yang Tuhan mau :) jadi jangan keraskan
hatimu, sebelum semuanya terlambat.
P: Lord, thank You for them
who You’d given to me to teach and tell the right things to do. Ajar aku buat nggak mengeraskan
hati, ya Bapa. Aku rindu agar anak-anak rohaniku juga mau terbuka dan menerima
saran (dan ngelakuin, tentunya)... for I know that You love them, as You love
me too... Amin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar