Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Selasa, 01 Mei 2012

Holiness Relationship


Annyeong-haseyo! :D Lagi mau belajar bahasa Korea sama Jepang, cuma baru bisa ngomong sedikit – sedikit (ada yang tahu website internet yang bisa membantuku untuk belajar 2 bahasa itu? Hehe~).

Ehm, sekitar 2 bulan yang lalu, aku sempet omong – omong sama seorang sahabatku di kelas (lewat kertas XD menghindari kecurigaan guru#ups), tentang seorang temanku yang udah punya pasangan. Jujur, kita berdua sama–sama kuatir sama mereka. Soalnya, 2 orang ini punya sifat yang sangat bertolak belakang (nggak usah dijelaskan, deh). Jadi, aku pengen banget nyadarin temanku itu. Kalau ngomong, nanti bawaannya udah males duluan (plak). Alhasil, aku nulis aja di post kali ini. Semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca juga :)


--*--


Teman – teman, Tuhan pengen banget kita bahagia dengan pasangan hidup (PH) yang udah DIA sediakan untuk kita (ya, jelas. Ayah yang kelakuannya jahat pasti ingin yang terbaik untuk anak – anaknya. Apalagi Bapa kita di Surga! – hayo, ingat ayatnya di mana nggak?). Tapi -ada tapinya-, DIA akan sangat kecewa kalau kita nggak bisa menjaga kekudusan kita selama bepacaran (Nggak cuma Tuhan aja, keluarga kita pasti juga bakal kecewa banget. Istilahnya, mencoreng nama baik keluarga!)

Nah~ Jadi, bagaimana cara kita untuk bisa menjaga kekudusan selama berpacaran?

*Yang terpenting dan terutama, kita tahu bahwa KEKUDUSAN itu INDAH. Holiness is beautiful! Sehingga, saat kita ingin melanggar kekudusan itu, kita akan segera teringat bahwa sifat kudus itulah yang diinginkan Tuhan. Semoga ini bisa menolong kita untuk selalu berbuat sesuai kehendak Tuhan...*

Lah, Vin. Itu, sih aku tahu. Tapi kasih tahu dong, yang lebih spesifik. Biar nggak kejerumus sama hal – hal yang nggak bener di mata Tuhan...


(haha :|) Gini, sebelum kepikiran buat nulis post kali ini, aku pinjam buku ‘Before 30’-nya Philip Mantofa (Pendeta di Gereja Mawar Sharon – Surabaya) dari seorang temanku. Waktu membaca kisah cinta beliau dengan sang istri -Irene Saphira- semasa pacaran, beliau juga menuliskan cara agar kita bisa berpacaran dengan kudus. Monggo~ :D



1.Pacaran sekali untuk menikah


Pertama, baca dulu Roma 8 : 5 – 16.

Di situ dikatakan, bahwa hidup menurut daging memikirkan hal – hal dari daging, dan berkeinginan maut. Tapi, hidup menurut Roh memikirkan hal – hal dari Roh, dan berkeinginan hidup dan damai sejahtera.


Lah, Vin, kaitannya sama pacaran yang kudus apa?



Gini. Misal, A mencintai B. Tentu A akan menghormatinya; betul, kan? Pertanyaannya, kalau A memang mencintai B, terus cinta apa yang A berikan pada B? Pastinya cinta yang memiliki kepuasan yang dalam. Nah, itulah cinta yang bertanggung jawab! Orang yang menghargai pasangannya sejak pacaran (sampai berkeluarga. Eh, sampai akhir), maka orang yang dihargainya menjadi berarti di matanya.


Jadi, kalau teman – teman memutuskan untuk berpacaran dengan pilihan kalian, pastikan bahwa si ‘dia’ akan menjadi teman hidup kalian yang akan terus mencintai dan menemani kalian sampai akhir.



a.Memulai dengan benar
Komitmen sangat dibutuhkan, lho, dalam menjalin hubungan dengan pasangan kita. Apakah aku akan menjadikan dia sebagai pasangan hidupku, atau ini cuma main – main aja? Libatkanlah Tuhan di dalam komitmenmu, ya. Percaya, deh, DIA akan memberikan apa yang dianggap-Nya terbaik untukmu :) Ingat, kalau kamu memang belum siap dengan komitmenmu, sebaiknya jangan pacaran dulu




b.Pertanyaan ‘Kapan saat yang tepat untuk berpacaran?’



Baca Kidung Agung 8 : 4! Silahkan direnungkan, ya :D



Oke, jujur, sebenarnya aku pengen banget ngerasain punya status ‘in relationship with...’. Rasanya keren banget kalau bisa pasang foto bareng pasangan. Wkwkwk~ (padahal belum punya pasangan XD Yeah, single is simple). Makanya, aku lebih suka pasang profile picture dengan gambar kartun, atau hasil dari foto – foto bareng teman – teman atau keluarga :D



Eh, eh... Balik ke benang merah. Jadi, kalau semisal aku ditanyai begitu (ngelirik ke atas, ke pertanyaan :O), aku akan jawab, “Waktu kuliah tingkat 2 :D”\




Kenapa? Karena kalau aku pacaran dari sekarang, lama – kelamaan perasaan cinta itu akan hilang, terus kalau diburu – buru sama hal yang nggak benar, gimana? Lagipula, kalau pacaran selama 10 tahun lebih, bisa sabar nggak? Nahh... Selain itu, kita juga harus punya tujuan yang jelas, untuk ‘mengisi’ waktu sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Seperti, ‘kalau umur 23 – 25 tahun, aku akan coba kerja dulu di kantor A’, dsb~ Ingat, pacaran itu bukan ajang untuk main – main, karena tujuan dari pacaran adalah pernikahan! Sebaiknya pikirkan matang – matang hal ini. Lagipula, apa kamu mau pacaran, tapi ujung – ujungnya putus? Aku berharap, sih nggak ada.


Makanya, aku temenan aja dulu, deh :D Persahabatan itu indah kok. Apalagi, kalau kamu sahabatan sama cowok yang akan jadi PH-mu. Wah, sesuatu deh~#kumat XD Bisa lebih mudah untuk saling kenal tentang diri kalian sendiri, maupun diri cowok itu. Yah, semoga aja cowok yang udah disediakan Tuhan buatku bisa melewati fase persahabatan bareng aku (cieehh~ :3)




2.Mengutamakan buah – buah Roh/buah – buah kasih dalam berpacaran (Matius 7 : 16 – 20)



Pernahkah teman – teman bertanya pada Tuhan, siapakah PH kalian? Mungkin ada yang udah dapat jawabannya, tapi kebanyakan justru merasa bahwa orang yang jelas – jelas bukan PH untuk kalian dari Tuhan, itulah pemberian Tuhan. Nah, ini termasuk penyalahgunaan nama Tuhan – padahal dalam 10 perintah Allah dikatakan bahwa kita nggak boleh menyebut nama Tuhan dengan sembarangan!



Seharusnya, kita jangan hanya peka terhadap suara Tuhan, saat kita mau mencari PH. Masih ada banyak dan BANYAK hal yang harus kita gumulkan di dalam nama-Nya. Jadi, sebenarnya, yang harus kita perhatikan adalah buah – buah nyata dari pasangan kita. Kalau dia memang berkata ‘kamu adalah pasanganku, yang telah diberikan Tuhan padaku’, dan kalian bisa memuliakan Tuhan melalui buah – buah Roh dalam hidup kalian, berarti kalian memang adalah pasangan yang sudah ditetapkan Tuhan (ya, kan?). Apa, sih gunanya pacaran, kalau nggak bisa saling mendorong dalam pertumbuhan iman masing - masing? (maaf, ya, kalau agak nge-jleb ^^)


a. Menghormati hukum tubuhmu


Kalau kita ingin menaklukkan ‘hal – hal daging’ dalam berpacaran, kita harus mengormati hukum – hukum ke-‘daging’-an kita sendiri! Kalau kita bisa menaklukkannya, kita bisa menjaga kekudusan sampai ke pernikahan. Catatan, ya. Meskipun ada orang hidup dalam Roh, bahkan orang yang paling rohani, tapi kalau gaya pacarannya sama persis dengan orang dunia, pasti dia jatuh! Menakutkan, kan?


Makanya, perhatikan kekuatan ‘daging’ kalian, dan hormati kekuatan itu, agar kalian menang! ^^


b. Apa yang kamu berhalakan selama pacaran, itu yang tidak akan kamu nikmati dalam pernikahan

Pertamanya, sih, aku nggak ngerti apa maksud kalimat ini. Tapi setelah kubaca – baca lagi, aku nangkep 1 maksud yang SANGAT JELAS.


Kalau semisal yang kita berhalakan adalah kebersamaan selama berpacaran, nanti kita malah nggak bisa dekat lagi setelah menikah. Kalau misal s*ks (a, i, u, e, o? Monggo diisi sendiri) yang kita berhalakan, justru setelah menikah nanti kita nggak bisa menikmatinya.


Kesimpulannya, yang kita hargai - dan sakralkan waktu pacaran, itu yang akan kita nikmati saat menikah.


c. Supaya layak menerima berkat kudus di hari pernikahanmu, penyertaan Allah, berkat finansial dan berkat anak – cucu



Oya. Ada yang harus diperhatikan, nih. Yaitu ‘apa tujuan mengutamakan buah – buah Roh dalam berpacaran’. Jawabannya, agar kita layak menerima berkat kudus dari Allah. Sehingga berkat itu sungguh – sungguh diturunkan dari sorga pada hari pernikahan kita.


Ingat kisah Esau sewaktu menjual hak kesulungannya? Waktu dia menjual hak kesulungannya itu, dia merasa bahwa hak-nya itu sama saja dengan semangkuk makanan (sup kacang merah, bukan?). Artinya, dia meremehkan berkat Tuhan itu!


Biasanya, dalam sebuah pemberkatan nikah dilakukan doa peneguhan pemberkatan nikah. Ya, kan? Eh, tapi doa itu nggak main – main lho!


--“ Itu, mah aku tahu juga, Vin. Cuma nggak tahu kenapa kok doa pernikahan itu nggak main – main


-_________- dasar sotoy (mulai berhalusinasi). Haha~ XD maaf, ya



Waktu si pendeta menumpangkan tangannya ke atas 2 manusia yang mengikat perjanjian di altar (waktu menikah, ya), doa itu merupakan lambang restu Tuhan dan gereja terhadap mereka. Berkat ‘supranatural’ itu turun ke atas kehidupan rumah tangga mereka, sejak hari itu sampai selama – lamanya. Nah, makanya pemberkatan nikah itu nggak main – main!



Nah, kaitannya sama kisah Esau, kalau kita juga melakukan hal yang sama dengan Esau, maka berkat dari Tuhan – pun akan hilang. Nggak mau, kan, kalau hal itu terjadi dalam kehidupan kita?


Oya. Ada beberapa berkat dalam pernikahan yang kudus XD Berkat – restu dari Tuhan (sudah kusebutkan di atas), berkat finansial, dan berkat anak cucu.


Berkat finansial berarti berkat, bahwa Tuhan akan memelihara hidupmu dan tanah nggak akan melawanmu. (asik~ XD). Sementara berkat anak cucu adalah berkat yang akan kita peroleh bersama dengan keturunan kita. Maukah kita melihat keturunan kita sengsara karena perbuatan buruk kita? Nggak, kan?


Makanya, jangan biasakan melakukan hal – hal yang buruk, kalau nggak mau anak (dan keturunan kita) jadi terhempas akibat buruknya juga. Setuju?




3. Menghormati Orangtua



Baca Keluaran 20 : 12

Tahukah kalian, bahwa ortu memiliki andil yang cukup besar dalam hubungan kalian dengan pasangan kalian? Gini... Misal, si A mau menikahi B. Tentu saja dia akan minta restu dari ortu-nya dan ortu si B, kan? Tapi, kalau A nggak minta restu dari ortu, kebahagiaan nggak jadi milik A, lho. Nah, sama juga dengan kita. Kalau kita nggak minta restu dari kedua ortu (dan ortu pasangan kita), kita malah dibayang – bayangi rasa bersalah terus karena telah menebarkan benih pemberontakan dalam rumah tangga kita.



Kadang aku mikir, kok ada juga keluarga yang hidupnya nggak rukun, padahal menikahnya udah diberkati di gereja? Tapi setelah membaca buku ini, aku jadi ngerti kenapa...





Kalau kita nggak membiasakan diri untuk bersikap hormat sama ortu kita, lha terus gimana caranya bisa saling menghormati terhadap pasangan kita? Kalau nggak ada restu dari ortu (walaupun menikah di gereja), kemungkinan besar rumah tangga kita nggak bahagia. Tapi (ada tapinya~), kalau kita mau belajar taat, rumah tangga kita akan mengalami kerukunan.



Nahh~ Tinggal pilih, mau rumah tangga yang rukun, atau yang berantakan? (pertanyaan retoris, vin :P)



4. Menghormati gembala/pemimpin rohani (Ibrani 13 :17)


Aku punya seorang kakak rohani yang, benar – benar, kuhormati :D Selain jadi kakak PA, dia juga merupakan seorang teladan yang baik. Dia juga memberikan saran yang praktis bisa dilakukan. Hehe~ Eh, malah mbahas yang lain --"



Kalau kita nggak menghormati pemimpin rohani kita (walaupun kita direstui ortu), bisa jadi kita akan mengalami kerugian yang cukup besar dalam hidup kita!


Sebentar, sebentar. Dari tadi aku diricuhi sama Vinia -_______- Lah, terus apa kaitannya sama kehidupan, coba? Kan, pemimpin rohani bukan ortu kita.


Ini anak dibilangi, kok bandel banget sih --"




Memang, sih kita bisa punya keluarga yang rukun, damai, dan sehat. Tapi, semuanya nggak ada artinya kalau nggak ada Tuhan di dalamnya. Nah~ makanya, posisi pemimpin rohani sangat penting di sini!



Saat (misal) si C melanggar otoritas pemimpinnya, ia akan kehilangan rasa cinta kepada Tuhan, hadirat Roh Kudus, roh penundukan diri, dan nilai – nilai Alkitabiah di dalamnya. Kalau sudah begitu, pemimpin kita akan ‘ditarik’ dari kita.


Kok, serem ya? Ada cara buat nggak ngalamin hal kaya’ gitu?



Caranya, yaa~ Kita harus menghormati pemimpin kita, dong. Kita sama – sama berjuang ya :D hehe~



d. Pedoman untuk pemimpin = “Bukan nabi, bukan polisi’ melainkan sebagai ayah dan sahabat.”



Baik teman – teman maupun pembimbing rohani, harap baca yang satu ini ya~ :D


Buat teman teman = Pemimpin membimbing kita seperti seorang ayah, beliau nggak berhak mengatur kapan saat yang tepat untuk jatuh cinta. Tapi ingat! Yang bertanggung jawab atas hidup kita, ya diri teman – teman sendiri, bukan pemimpin kalian!



Oya, ingat ya (kasih wangsit terus -_____-). Pemimpin kalian bukan nabi dan polisi, yang bisa selalu kalian takuti (hehe~). Semoga di antara kita nggak ada yang ngerasa begitu ya ^^



Buat pemimpin = jangan jadi polisi dan nabi bagi adik – adik (atau anak – anak) rohani kalian (hehe~). Bertindaklah sebagai ayah dan sahabat yang dengan hangat bisa saling berbagi dengan mereka :D Lakukanlah yang terbaik, agar anak – anak rohani kalian tidak tersesat.



5. Dipenuhi dengan kasih tak bersyarat



Wah, udah sampai yang terakhir nih (y)#loncat – loncat XD


Tapi ini penting banget lho... wkwkkw~ silahkan dibaca


Dalam menjalin hubungan, yang namanya kasih pasti jadi pondasinya. Betul, kan? Mau temenan, sahabatan, atau pacaran, bahkan sampai menikah; kasih adalah pondasi penting dalam hubungan – hubungan itu!



Nah~ Kasih apa yang kita butuhkan untuk kita berikan pada pasangan kita? Kasih yang tak bersyarat! That’s the answer!



Lhoo.. Berarti, intinya, kita harus mencari hidup dalam keluarga Tuhan? Orang yang udah percaya kepada-Nya?


Iya :D wah, udah ngerti ya. Wkwkkw~



Dalam Alkitab sendiri dikatakan bahwa pasangan hidup kita haruslah seimbang. Nah, seimbang apanya? Seimbang imannya! Artinya, dia juga harus sama – sama percaya Tuhan!



Oya. Pdt. Philip Mantofa memberi saran pada kita semua lewat bukunya ini ^^



*Buat yang belum punya pasangan = Nggak usah khawatir, ingat bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik di saat yang tepat bagi-Nya! Kita bisa terus berdoa dan menjalin persahabatan yang sehat dengan teman – teman kita. Nikmatilah masa lajang (jomblo) kita dengan Tuhan. Nggak usah buru – buru buat pacaran, lagi~ Yang terpenting bukan luarnya pasangan, tapi dalamnya – sifat – sifat kita dan pasangan kita.




*Buat yang sudah punya pasangan =Yang kita cari dalam pernikahan adalah ‘seberapa besar pengertian kita terhadap kelemahan dan kelebihan pasangan kita’. Kuncinya adalah saling memahami – inilah jalan menuju kebahagiaan sejati! Makanya, biarkan perasaan cinta yang kita miliki bertumbuh ke arah kasih yang tak bersyarat... :)



*Buat yang sudah menikah = Let your love eternal ‘till the Heaven! (Biarkan cinta dan kasihmu kekal sampai di sorga!)



Oya. Diingat – ingat terus ya pesan ini = “Kalau cinta kita bertumbuh ke arah nafsu, maka kita akan mengambil semua yang dimilikinya sekarang. Jadi, cinta seperti ini nggak akan pernah kekal!”


-*-




Semoga tulisan ini bisa jadi berkat buat kita semua ^^~





NB = Question? Disappointed? Etc~ Comment please~ :D Thank you~ :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar