Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Rabu, 26 April 2017

Matius 18 dan Amsal 18

S: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya (Petrus): Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." - Matius 18:21b--22 (TB)


O: Tujuh--pada zaman dulu--itu dianggap sebagai angka yang sempurna. Penggenapan. Contohnya aja waktu Tuhan menguduskan hari ketujuh :) Nah, makanya Petrus tanya kaya' ayat di atas. Eh ternyataaaa.. mengampuni itu nggak cuma tujuh kali; tapi tujuh puluh kali tujuh kali! Waktu aku masih kecil, aku mikirnya, "O, mengampuni itu 490 kali, ya?". Tapi kalo dipikir-pikir lagi, apa sepanjang hidup kita bisa mengampuni sebanyak itu? Apalagi kalo masih dikalikan dengan angka lain (yang tentunya lebih besar daripada nol :p).

It means... we must forgive each other, no matter what's the number of the forgiveness. Ga gampang lho, buat mengampuni itu. Mengampuni itu nggak bicara soal melupakan. Kenapa? Karena mengampuni emang berbeda sama melupakan! Kita nggak bisa melupakan hal-hal yang menyakitkan, trust me. Makanya, kalo ada sesuatu yang melukai hati seseorang, biasanya ada keinginan untuk membalas. Natur manusia itu kaya' gitu. Tapi sebagai orang yang telah dimerdekakan, kita nggak boleh melakukan hal itu. No. Kita harus melepaskan pengampunan, semenyebalkan maupun sebenci-bencinya kita sama mereka (contoh pengalamanku bisa dibaca di sini).

"Mengampuni nggak berarti melupakan," kata Kak Keshia di sini. Yap. Tetep akan ada pengalaman yang membekas di pikiran dan hati kita, tapi toh itu bikin kita belajar buat bangkit dengan pertolongan Tuhan :)

A+P: Ada beberapa orang yang--jujur--akhir-akhir ini jengkel setengah mati (eh sekarang udah nggak kok :p Huahaha). Entah karena kelakuan mereka, kata-kata mereka... duh -.-" Tapi aku mau untuk mengampuni lebih sungguh, Papi JC :) Please help me to forgive them as what You've done to me.


--**--

Proverbs for the day -- Chapter 18

Ayat 13. "To give an answer before hearing is a foolish thing and a cause of shame" (BBE). Wah, gaboleh sotta (sok tahu) :p Emang harus belajar mendengarKAN (nggak ada salah eja. Emang sengaja ditekankan wkwk) sebelum kasih tanggepan. Jangan menyela pembicaraan.

Bayangin aja Tuhan punya hobi interupsi karena doa kita aneh-aneh. Ah, bersyukur punya Tuhan yang menjawab TEPAT pada waktu-Nya. Aku mau untuk belajar dari-Mu, Bapa, untuk dapat menjawab dengan cara-Mu, tanpa interupsi yang nggak penting. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar