Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Selasa, 07 Agustus 2012

A Worth-It Waiting (9)

Dan aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama – lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tanganku. Bapaku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa – Yohanes 10 : 28 – 29

Rumah duka semakin banyak dikunjungi keluarga, sahabat, dan juga kerabat Kyoko yang datang untuk melayat. Jam menunjukkan pukul 7 malam saat upacara penghiburan dimulai.
Keluargaku duduk di sebelah keluarga Kana. Sedangkan aku dan Kana duduk di tempat penerimaan sumbangan. Kulihat keluarga Kyoko tampak tabah. Mungkin karena mereka sudah bisa merelakan Kyoko? Entahlah.

“Akane,” Kana memanggilku, “kita kembali ke keluarga kita, yuk. Di sini sudah ada sepupu Kyoko.”

Aku menoleh. Sepupu Kyoko sudah ada di samping kami.

“Kalian kembali saja. Biar aku yang menggantikan kalian,” katanya sambil tersenyum.
“Terima kasih,” kami balas senyumannya.
“Oya. Kyoko sempat menulis surat untuk kalian berdua. Dia menitipkannya padaku,” kata sepupu Kyoko sambil memberikan 2 amplop. Masing – masing bertuliskan ‘Akane-chan’ dan ‘Kana-chan’
“Terima kasih lagi J” kataku sambil tersenyum. Lalu kami meninggalkan tempat itu.


-*-

Sesampainya di rumah, aku membuka surat itu. Otoosan dan Okaasan sudah tidur. Mereka kelelahan karena harus mengurus restoran mereka, yang ternyata sangat ramai belakangan ini.

Akane...
Aku senang karena kamu mau jadi sahabatku selama ini. Maaf kalau aku berbohong  tentang penyakitku padamu selama ini.
Sebenarnya aku ingin sekali memberitahu Kana dan dirimu bahwa aku sedang sakit. Hanya saja, aku belum siap. Sampai akhirnya kalian tahu dari Kak Akira. Ya, kan?
Aku suka sekali bersekolah di Kimura Yasube. Teman – teman sekelas juga memberiku kesempatan padaku untuk menjadi ketua kelas. Dan jelas, aku juga nggak mau mengecewakan mereka.
Akane, Kakak baru saja bilang padaku bahwa dia sangat menyukaimu. Eh, bukan hanya menyukai. Dia sangat mencintaimu. Dia bilang bahwa dia akan melakukan apapun untuk melindungimu. Terus aku bilang, ‘Terserah Kakak. Pokoknya jangan sampai melukai sahabatku. Ha!’. Dia berjanji.
Akane, ini bukan permintaan terakhirku. Kalau kamu memang nggak suka sama Kakak, tolong jagai dia. Jangan sampai dia terlalu bersedih karena aku. Kurasa, dia memang telah menganggapmu sebagai penggantiku. Yah, itu nggak salah, kan? Aku nggak mau Kakak menderita. Hanya itu.
Ups, dokter yang akan mengoperasiku datang. Aku harus pergi, hehe~ ^^ Sampai jumpa Akane. Sekali lagi, terima kasih untuk setiap kenangan yang telah kamu berikan dalam hidupku. Dan tolong jagai Kak Akira, ya. Aku tahu kamu pasti bisa, Akane!

PS = Kalau aku sudah nggak ada, kamu mau untuk merawat tanaman yang ada di rumahku, kan? Oya, tolong berikan manisan buatanku ke Pak Kirishima ya. Katakan padanya bahwa aku juga menyukainya, sama seperti beliau.
Xoxo,
Kyoko-chan

Pesan Kyoko banyak sekali --" Pertama, dia ingin agar aku menjagai Kak Akira *boleh dicoba*. Kedua, merawat tanaman yang ada di rumah Kyoko *di rumah, hanya Kyoko yang bisa merawat tanaman*. Ketiga, memberikan manisan pada Pak Kirishima. Keempat, mengatakan pada beliau bahwa...

Kyoko juga suka sama Pak Kirishima?!

“Akane!” Wataru masuk ke kamarku, “kamu kenapa sih? Kok, belum tidur? --"” tanyanya sambil melihatku.
“Nggak apa – apa. Aku sedang membaca surat dari Kyoko,” kataku, “ngomong – ngomong, ini jam berapa?”
Wataru menggeleng – gelengkan kepala, “Dasar. Ini sudah jam 12 malam lho.”

Ya ampun.
Memikirkan bahwa ada cinta yang bersemi di antara guru dan murid itu sesuatu banget deh. Ha!

“Ayo tidur. Jangan salahkan aku kalau besok kamu baru bangun jam 1 siang --"” kata Wataru sambil menutup pintu.

Dan dasar aku yang penurut, aku-pun langsung mematikan lampu tidur setelah Wataru keluar.

-*-

“Dan siapapun yang hidup, pada akhirnya dia akan kembali pada debu; karena Allah membuat dia dengan debu pula...”
Jam 12 siang. Suasana pemakaman semakin ramai, sementara pendeta dari gereja Kyoko mengucapkan kata – kata penghiburan kepada keluarga Kyoko.
Walau begitu, keluarga Kyoko kelihatan tabah, tegar, dan kuat saat melihat peti Kyoko dimasukkan ke dalam perapian untuk dikremasi. Nggak ada yang namanya air mata dari mereka (setidaknya untuk saat ini).
Kemudian, pendeta itu melemparkan bunga ke dalam perapian. Disusul orangtua Kyoko, Kak Akira, dan kerabat Kyoko yang lain.

“Tunggu, bunganya masih sedikit. Akane, Kana. Ayo, kalian juga. Lemparkan bunga ini ke dalam,” kata Tante Harumi sambil menyodorkan sekeranjang bunga padaku dan Kana.
Aku menoleh ke arah Kana. Kana-pun mengambil keranjang itu. Kemudian, kami menaburkan bunga di sekitar peti Kyoko.

“Kyoko, walaupun kamu sudah nggak ada, tapi kami masih bisa mengingatmu. Kamu sahabat terbaik buat kita!” kata Kana yang berusaha untuk nggak menangis.
Aku berkata, “Sayonara, Kyoko. Aku janji, akan melakukan setiap permintaanmu, walaupun itu harus kulakukan seumur hidupku.”
“Hah? Maksudmu apa, Akane?” tanya Kana heran.
Aku tersenyum. “Nggak apa – apa. Ayo kita kembali.”

-*-

Proses kremasi sendiri menghabiskan waktu hampir 4 hari. Karenanya, kami-pun meninggalkan tempat kremasi itu.
Aku melihat lampu itu. Lampu yang seperti sirine itu terus berputar, lampu merah itu terus menyala, tanda bahwa proses pembakaran sedang berlangsung.

“Akane nggak pulang?” pundakku ditepuk seseorang.
“Eh... Iya, aku pulang dong, Kak :)” jawabku saat menyadari bahwa Kak Akira yang memanggilku.
Kak Akira berkata, “Aku jadi ingat waktu melihat lampu itu. Lampu itu mengingatkanku pada proses kremasi kakekku. Waktu itu, Kyoko masih sangat kecil, mungkin sekitar 5 tahun. Dia terus menangis, dia tahu bahwa kakeknya nggak akan kembali. Dia bilang bahwa dia nggak mau kakeknya dikremasi seperti itu. Sekarang, saat Kyoko dikremasi, aku-nya yang nggak mau.” Dia melihat ke arah lampu itu. “Aku memang bodoh, aku nggak bisa jadi kakak yang baik buat dia,” dan Kak Akira-pun menggigit bibir.
“Kak Akira jangan bilang begitu, ah. Aku yakin, kalau Kyoko pasti bangga punya kakak seperti Kakak,” kataku sambil mengajak dia untuk duduk di tangga di dekat tempat itu.

Dan entah aku yang salah lihat atau memang benar begitu, Kak Akira menangis. Waktu dia menangis, yang pertama kali kuingat adalah Wataru yang menangis karena dia nggak bisa mendapat peringkat pertama di kelas 6 SD dulu.
Aku memegang punggung tangan Kak Akira. Setidaknya aku ingin menghiburnya. Tapi, entah kenapa... Aku malah menangis juga :’( Menangis sambil melihat taman yang indah itu... Tuhan, kuatkan kami... Bantu aku juga untuk bisa menepati janjiku pada Kyoko

-*-

2 hari kemudian..
“Begitu, ya? Jadi dia juga menyukaiku?” kata Pak Kirishima sambil melihat manisan buatan Kyoko.

Sesuai janjiku, aku sudah mulai menyirami tanaman di rumah Kyoko, memberikan manisan pada Pak Kirishima, dan mengatakan bahwa Kyoko juga menyukai guru Fisika kami...

“Iya, Pak. Maaf, ya. Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan. Tapi, itu  yang Kyoko titipkan pada saya,” jawabku.
Pak Kirishima berkata, “Yah... Aku yang pertama kali bilang bahwa aku menyukainya. Gadis itu sangat mengagumkan. Dia betul – betul bisa jadi terang untuk kelasnya. Kamu tahu, Akane? Dialah yang menjadi inspirator buatku di sekolah ini. Tapi ingat, jangan bilang siapa – siapa, ya.”

Kyoko, kamu dengar kan, apa yang dikatakan Pak Kirishima barusan? Hidupmu betul – betul dipakai Tuhan untuk menjadi inspirasi orang yang kamu cintai...

“Akane~! Ayo!” Kana memanggilku dari luar kantor guru.
“XD Sebentar dong. Hahahaha~ Permisi, Pak :D” Aku segera keluar dari kantor guru.
Setibanya di luar, Kana berkata, “Eh, tadi kamu dicari sama Kak Akira, lho.”

Aku langsung menepuk dahi.
“Ya ampun!! Aku lupaaa!! Mana dia?!” kataku panik. Kana menunjuk ke arah perpustakaan. Dan aku langsung ngacir ke sana XD

-*-

“Jadi, ada apa, Akane?” tanya Kak Akira, begitu aku duduk di depannya.
Aku meringis. “Eh, nggak kok. Ehmm.. Mau ketemuan di Starbucks, nggak? Besok Sabtu, sepulang sekolah?” kataku, “ada yang ingin kutanyakan pada Kakak.”
Kak Akira tersenyum. Oya, senyum yang jarang diperlihatkannya pada orang lain selain Kyoko dan orang – orang yang sangat dikenalnya. “Boleh.”

-*-

Ecieee~ wkwkwk~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar