Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Jumat, 16 Desember 2011

A Worth-It Waiting *Flashback*

Semua bermula dari kegelisahan remaja saat ini. Jatuh cinta, patah hati, tugas sekolah menumpuk, pelayanan menanti, dan juga tentang seorang asing yang mengaku diri sebagai kakak.

Akane ingin tahu kebenaran tentang kakak laki - lakinya, Wataru, yang katanya telah menghilang selama 3 tahun. Meskipun Akane tahu bahwa Wataru telah lama menghilang, tapi entah kenapa dia merasa bahwa di sekitarnya, kakaknya itu selalu ada untuknya.



Sementara itu, seorang kakak kelas Akane yang bernama Fuyuki, terus mengaku pada Akane bahwa ia adalah kakaknya yang telah lama menghilang.

Akane bimbang. Ia tahu bahwa Wataru memang telah menghilang karena suatu kejadian. Tapi yang jadi masalah, wajah dan sifat Fuyuki hampir sama dengannya. Apakah memang Fuyuki adalah kakak Akane yang telah lama menghilang? Ataukah dia hanya mencari kesempatan untuk bisa bersama dengan Akane?



-*-

Flashback 15 tahun yang lalu...

"Ah, wajahnya lucu sekali!"

"Persis dengan Wataru waktu lahir!"

Mama dan Papa ribut sendiri saat melihat Akane yang baru lahir. Wataru yang masih berumur 2 tahun cuma ternganga. Baginya, anak yang baru lahir ini adalah anak termanis yang pernah ada.

"HUAAAA~" Akane kecil menangis. Mama segera menggendongnya. Sesaat kemudian, tangisannya mereda.


"Dia lucu, ya, Wataru," kata Papa sambil memegang bahu anak laki - lakinya. Yang ditanya cuma mengangguk polos.


-*-


12 tahun kemudian

Wataru = 14 tahun
Akane = 12 tahun


"Kakak! Lihat kupu - kupunya!" Akane berseru sambil berlari - lari di taman bunga


":) Hati - hati, Akane. Nanti kamu jatuh lho!" kata Wataru sambil berjalan dan melihat ke sekeliling taman. Ia melihat bunga mawar yang jatuh. Kemudian, dia memanggil Akane.


"Eh, kasihan bunga mawarnya -o-"" kata Wataru sambil duduk di tanah.


"Kaya' lagu itu lho... 'Like a rose, trampled on the ground. You've took the fall'," kata Wataru (mengutip lagu 'Above All')


"'And thought of me. Above all~'," sambung Akane sambil tersenyum.


Oke, itu salah satu kenangan manis mereka. Bermain di taman bunga di dekat perumahan mereka.


-*-


1 tahun kemudian, kejadian itu...


Akane yang waktu itu masih kelas 1 SMP, berjalan pulang dengan riang. Dia sudah berjanji dengan Wataru untuk bermain basket di lapangan sebelah. Sesampainya di rumah, dia segera membuka pintu depan.

"Haloo~ Ada orang di rumah?" Akane membuka pintu rumahnya dan berkata dengan lantang.

Hening. Yang ada cuma suara akuarium dan dengung AC. Mana Papa, Mama, dan Wataru? Apa mereka belum pulang? Bukannya seharusnya jam segini Papa sudah ada di sofa, Wataru membaca novel, sedangkan Mama menyulam kain? Ke mana mereka semua?

Akane melewati taman kecil di rumahnya. Mama duduk lemas di kursi batu. Sementara Papa berdiri di sampingnya.

"Akane, kemarilah. Ada yang mau kami bicarakan," kata Papa tegas.


Akane menurut, kemudian mendatangi mereka. Barulah Mama yang dari tadi diam akhirnya
berbicara,


"Wataru pergi dari rumah."


Akane terpaku. Memangnya apa yang terjadi?

"Setelah ngomong seperti itu, dia malah minggat. Dasar anak kurang ajar!" kata Papa sambil mengamuk.

Akane segera berkata, "Memangnya Kakak ngomong apa?"

"Dia ngomong hal - hal yang nggak sopan di depan kami. Entah dari mana dia ngomong seperti itu. Huh! Nggak tahu diuntung!" jawab Papa (masih ngamuk).

"Pa~ Terus kita bisa apalagi? Pasang pengumuman di koran kalau kita nggak mengakui dia sebagai anak kita lagi?" tanya Mama lemas.

Papa mengangkat bahu. "Nggak. Meski dia ngomong hal - hal yang abnormal, dia tetap anak kita. Dia adalah anugerah Tuhan buat kita. Sudahlah. Lupakan saja masalah ini. Ayo kita makan dulu," kata Papa sambil pergi dari situ.

-*-

Kriuk~ maaf, ini baru flashback-nya. Biar blognya nggak terkesan penuh, akhirnya aku memutuskan untuk membagi - bagi cerita ini jadi beberapa bab. Hhe~ what do you think about this?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar