Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Rabu, 11 Oktober 2017

Cliches

Mungkin bagi sebagian orang, aku nggak punya masalah dan hidup baik-baik aja. Keluargaku harmonis, hidup sehat (walopun makan seringnya cuma dua kali sehari karena duit jajan sehari duapuluhrebudanbingungbiarbisamakantigakaliseharidenganenamrebutiapkalimakan), punya temen-temen dan komunitas yang membangun (termasuk dengan kerecehannya wkwk), calon ph yang sangat peka (padahalanakteknikups CIE HAHA), dan banyak hal yang patut disyukuri. And yes, I'm really thankful for that :) Tapi ternyataaaa, sebagai manusia pun seorang Tabi ini punya masalah juga! HAHAHA.

Masalah itu baru muncul belakangan ini, dan waktu aku ngerenungin, "What's wrong with me?", aku jadi syok :p Yak, masalah itu adalahhhh........................



aku mikir kalo firman Tuhan itu klise to the max.

*ditabok tumpukan buku rohani di rumah yang belum dibaca baru tau rasa kaya'nya -.-"



Klise gimana, sih? Well, aku sendiri juga bingung jelasinnya gimana. Tapi ayo kita mulai pembahasan (kebanyakan laprak jadi bahasanya agak tinggi, yha? Maaf yes :p ehehe) ini dengan tiga pertanyaan,


1. Sadar ga kalo zaman sekarang kejahatan ada di mana-mana?

Oiya, jelas banyak. Mulai dari yang terungkap (termasuk rakyat biasa yang dihukum habis-habisan) sampe yang nggak terungkap, bahkan sampe yang terungkap tapi pelakunya lolos kaya' belut #EH.

Dan kenapa sih, kejahatan bisa merajalela kaya' gitu?

Simpel: karena sekarang orang maunya apa yang dia mau bisa didapat dengan cepat (generasi instan, soalnya kalo generasi micin udah terlalu mainstream :p) Dan karena ngeliat orang lain melakukan hal yang sama dan nggak kenapa-napa (kalo di psikologi namanya modelling wkwk). Dan karena kalo berbuat baik kaya' nggak ngefek apa-apa.


2. Sadar ga kalo apa yang firman Tuhan tulisin nongolnya lama banget?

Huahahaha tiap orang bebas mau nanggepin gimana, tapi buatku pribadi... rasanya kebenaran firman Tuhan itu jadi sesuatu yang abstrak dan nggak ada konkritnya. Cuma omdo *ditabok lagi*. Gimana nggak omdo, kalo yang diomongin, "Kalo kamu ngikutin firman Tuhan, jalanmu aman. Blablabla"? Sedangkan kita tahu kalo sekarang yang namanya mempertahankan kebenaran (kaya' Martin Luther waktu zaman reformasi gereja dulu ulululu) susahnya ajubile eww. Tapi mereka yang hidupnya nggak bener malah santai aja sambil kibas-kibas kipas -.-"


Belum ditambah lagi dengan statement, "Anak-anak Tuhan nggak akan dibiarkan tergeletak". Tapi toh, kondisi yang kualami belakangan ini justru sebaliknya. Oke, mungkin bukan buat aku. Tapi buat orang lain yang aku kenal. Rasanya statement itu nggak masuk akal. Hehe.



Last question :p Siapkan dirimu, karena pertanyaannya nujeb hihi (lama nggak nulis dengan sarkas jadinya gini :)))


3. Sadar nggak kalo ada banyak orang percaya yang bermuka dua?

DUER.

"Ah, kagak mungkin lah, Tab! Mana daaa ituu. (diikuti sejumlah pembelaan)"

"Tabi lebay, ah. Nggak ada yang kaya' gituan di gereja. Kan, kita orang baik semua."


Awalnya aku juga mikir gitu. Tapi ups! I was wrong :p Kalo kata capen favoritku (a. k. a. Kak Keshia wkwk--soalnya cuma dia capennya lol), gereja justru adalah rumah bagi mereka yang terluka dan rapuh. Makanya nggak heran kalo di gereja pun bisa ada konflik, nggak adem ayem mulu. Kalo orang baik semua, jadi kaya' para ahli Taurat dan orang Farisi, dong. EHEHE.


Contohnya banyak. Kaya' ngomong kasar dan dipelesetin gitu nggak usah disebutin, ya. Nanti ada yang tercyduck saya yang repot hehe :)


--**--


Bisa dibilang, belakangan ini adalah titik terendahku tahun ini :) *Oiya, senyumin aja. Karena kadang senyuman maupun tawa dapat membantu mengalihkan masalah untuk sesaat wkwk* Entah karena tahun ini adalah tahun terpadat (ikut kepanitiaan sejak April sampe akhir tahun nanti! Wahahaha sehat :p) ato bukan, tapi jelas rasanya aku kekeringan banget. Terutama kerohanianku. Mungkin ada yang mikir, "Nggak mungkinlahh. Kamu kan, SaTe terus, Ci. Kamu kan, BR terus. Kamu kan, pelayanan terus. Postinganmu juga isinya positif mulu dan menginspirasi juga.". Tapi maaf beribu maaf, gaes. Tabi pun bisa lelah dan meledakkan emosinya ke orang lain (sama Ko T pula huahaha. Danke, Ko, udah jadi tempat penumpahan kekesalan di saat semuanya kacau lol. Semoga tetep panjang usus :p).


Tapi ternyata, di saat kaya' gini Tuhan malah ngomong kalo firman-Nya bukanlah suatu ungkapan klise. Gimana nggak gitu kalo tiap kali baca Alkitab, isinya suruh memperbaiki sikap? Gimana nggak gitu kalo tiap hari Tuhan ingetin buat SaTe sama BR dengan berbagai cara? Huhu. Aku kudu piye #sigh

Dan setiap kali aku mau nggak SaTe atau BR (ampun, deh. Pake direncanain pula *duh. Maafkan aku, Tuhann, Ci Fiona (PIC grup BR-ku)), aku selalu keinget kata-kata seseorang-yang-aku-lupa-siapa,

"Ketika kamu merasa kekeringan rohani, justru itu artinya kamu memerlukan Air Hidup".


Air Hidup itu siapa? Tuhan Yesus (Yohanes 4:10).
Kok, bisa tahu Dia adalah Air Hidup? Dari baca firman Tuhan.
Gimana caranya biar nggak haus (secara rohani) lagi? Baca-renungkan-lakukan firman Tuhan.


Jawabnya sih, bisa. Dapet 100 :p Tapi prakteknya... emang lebih gampang ngomong teori daripada praktek wkwk.


--**--


"Iya, aku tahu! Kamu mah enak tinggal ngomong doang, nggak ngalami apa yang kualami. Aku nggak bisa ngejar cita-citaku karena nggak dibolehin ortu, keluargaku kacau, aku sakit-sakitan, aku gini gitu...... sedangkan kamu bisa ngomong kaya' di sini dengan mudahnya. Dasar nggak peka."

Dulu kalo aku dibilangin gitu, aku bakal mbantah, "Ya jelaslah. Hidupmu bukan hidupku." Ato aku malah balik marah terus ngambek nggak karuan (dan ngacir ke Ko T haduh). Tapi itu artinya aku nggak peka :p Nggak menerapkan person-centered theory-nya Carl Rogers wkwk. Tapi no! Sejak aku kuliah di psikologi, aku belajar kalo harus dengerin orang lain (dan ada kalanya gantian kita yang didengarkan) dan pentingnya be here and now :) Ada satu-dua orang di PMK yang cukup menegurku soal ini, and by the grace of God sekarang aku udah lebih bisa be here and now saat orang lain butuh :))


Oke, balik lagi, ya.

Ngomongin soal dasar-kamu-nggak-peka di atas, aku jadi inget statement lain,

Kamu baru dapat memahami apa yang orang lain rasakan ketika kamu mengalami hal serupa.

Buatku yang masih newbie di psikologi, ini jadi sesuatu yang menantang, euy :p Iya, ha baru berkepala dua tahun ini. Apalah pengalaman yang aku dapet? Masih belum sehebat mereka-mereka yang udah pro dan makan asam garam dunia wkwk. Tapi aku mau belajar mendengarkan dan memahami :) Walopun ceritanya udah diulang berulang kali, walopun yang cerita nyebelin, walopun gini, walopun gitu... tapi kalo Tuhan udah kasih kepercayaan buat aku dengerin, ya aku harus nuntasin itu :)) So please don't hesitate to tell your problem to someone who you trust in. Ato bisa curhat ke aku dengan menghubungi kontak di bawah ini (lol. But I'm serious!).


Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh TUHAN.
(Amsal 20:12, TB)


Whoever shuts his ears to the cry of the poor will also cry himself and not be heard.
(Proverbs 21:13, NKJV)



Ada dua hal yang bikin aku kepikiran setelah baca dua ayat di atas:

1. Waktu Tuhan bikin telinga sama mata (dan semua organ tubuh yang ada), tentu Dia udah mikir gunanya buat apa. Buat yang baik-baik dong, biar manusia bisa ngelakuin banyak hal dan memuliakan Tuhan :D Nah, selama ini telinga dan mataku kepake buat apa? Cuma dengerin hal-hal nggak berfaedah, atau aku pake buat menolong orang lain dan jadi saluran berkat?

2. Selama ini aku udah dengerin orang lain yang butuh pertolongan ato belum? Ato aku cuma dengerin masuk-telinga-kiri-keluar-telinga-kanan dan nggak pake hati? (soalnya bakal keliatan bedanya yang dengerin pake hati sama nggak :p)


So, apa yang kuanggep klise ternyata justru membukakan mata hati dan pikiranku bahwa yang namanya firman Tuhan nggak akan pernah jadi sesuatu yang klise :) Karena firman Tuhan itu tajam dan bermata dua. Bisa menegur yang dengerin maupun yang nyampein.



"Gimana sama yang bermuka dua?"

Semua tergantung ke diri orang itu sendiri, sih. Mau bayar harga ato nggak. Mau membuang kebiasaan buruk dan menggantinya dengan kebiasaan yang baik (di mata Tuhan) ato nggak. Kapan-kapan nulis soal ini, deh :p Geregeten soalnya hahaha.



Be grateful in every circumstance! :)
Kalo ada yang nganggep ini juga ungkapan klise, isokeee (it's okay). Dan jangan ragu buat curhat biar beban hidupmu seenggaknya berkurang sedikit hehe.



Cheers!





Dear God,
thank You for being faithful from past until present (and the future) :)

Dear Ko T,
thank you for being patient when listening uneg-uneg recehku :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar