Seminggu kemudian, Wataru
diperbolehkan pulang. Meski begitu, aku masih nggak ngerti kenapa dia harus
minggat, dan bisa masuk ke sekolah yang sama denganku *walaupun dalam wujud
Fuyuki Yoshida -__-*
“Kak,” aku duduk di samping
Wataru yang sedang duduk santai di beranda sambil makan waffle.
Dia menoleh. “O, Akane :D
Kenapa?” dia bertanya sambil tersenyum kecil.
Aku meringis. “Nggak apa – apa,
kok. Aku cuma mau tanya sesuatu sama Kakak :3 Tapi, aku takut kalau itu bakal
menyinggung perasaan Kakak :\” kataku.
Dia tertawa, “Hoahahaha~ XD
Nggak, aku tahu kok, kamu mau tanya apa. Hehehe~ Ini pasti tentang alasanku
minggat, dan bisa jadi ‘Fuyuki’ di sekolah, kan?” katanya sambil meringis
balik.
Memang
benar. Dia Fuyuki, sang ketua OSIS di Kimura Yasube Senior High School. Wah...
“Iya :D hehehe~ Kok tahu?”
tanyaku sambil setengah ketawa.
“Karena aku adalah kakakmu dari
dulu XD Hahahaha~” jawab Wataru sambil ngakak.
Dasar.
“Ehm... Jadi kenapa?”
-O0O-
Pasti
sebel, kan, kalau sahabatmu sendiri mengolok – olokmu sebagai tukang contek?
Harga dirimu seperti diinjak – injak orang.
Nah,
itulah yang kualami 5 tahun yang lalu. Akira, sahabatku yang lain – benar –
benar kecewa karena aku malah kabur dari rumah setelah ngomong kasar pada orang
tuaku. Meski begitu, dia masih mau menjadikanku sebagai sahabatnya, bahkan
dialah yang berusaha meyakinkan Otoosan dan Okaasan bahwa sebenarnya aku nggak
mau ngomong seperti itu.
Oke,
jadi begini. Waktu itu, aku sedang mengerjakan ulangan susulan bahasa Jepang.
Nah~ saat guru yang mengawasi keluar dari kantor guru, tiba – tiba kertas yang
ada di mejanya tertiup angin. Mau nggak mau aku mengambilnya, ya kan?
Tapi~
begitu aku (nggak sengaja) melihat kertas itu, ternyata itu adalah jawaban dari
soal ulangan kelas 4 SD *guruku ini juga menjadi guru di tingkat*. Begitu
sahabatku melihatnya, dia (dengan spontan) langsung memanggil guru yang
bersangkutan *walaupun saat itu kertasnya sudah kembali ke mejanya*. Nah, guru
itu nggak langsung menghukumku, sih. Beliau bertanya, apakah aku mencontek atau
nggak. Yaa~ aku langsung jawab nggak. Tapi temanku itu masih nekat bilang kalau
aku melihat kertas yang ada di mejanya.
-___-
Jadilah aku tetap dihukum *belakangan aku tahu dari Akira, guru itu langsung
minta maaf padaku. Tapi aku nggak tahu, karena waktu itu aku masih diskors. Dan
waktu aku masuk lagi, guru itu cuti melahirkan – sampai aku lulus. Aneh, kan?*.
Nah, begitu aku sampai di rumah, tanpa sadar aku langsung ngomong kasar.
Padahal di sana sudah ada Otoosan dan Okaasan.
Jelas
mereka nggak terima. Otoosan langsung menampar pipiku, sedangkan Okaasan
memarahiku. Mereka sampai bilang kalau mereka nggak mau punya anak kasar.
Kemudian, aku langsung masuk ke kamar, dan segera membereskan apa saja yang
bisa kubawa. Yaa~ tahu sendiri, kan? Aku minggat setelah itu, tepat setelah aku
menulis surat kepada mereka bahwa aku minggat.
Awalnya,
aku mau pergi ke rumah Akira. Tapi, saat aku melihat Akira yang *ternyata*
sedang berjalan ke rumahku, dia langsung mengajakku ke rumah nenekku yang
berada di samping rumahnya. Kemudian, Nenek yang kaget dengan kedatangan –
mendadakku langsung menelpon Otoosan. Otoosan bilang, bahwa sebenarnya waktu
itu, beliau dan Okaasan sedang stres karena rumah makan mereka sedang krisis
keuangan.
Jadi, Otoosan sekalian minta maaf padaku. Beliau juga bilang agar
sebaiknya aku tinggal sementara di rumah Nenek, soalnya... mereka juga masih
syok dengan kelakuanku tadi. Terutama Okaasan. Okaasan sampai trauma karena
punya anak cowok yang *sebenarnya tidak* suka ngomong kasar. Lalu, aku
menjelaskan apa yang membuatku bisa ngomong kasar seperti tadi – pada Otoosan.
Otoosan
lumayan mengerti *walaupun aku masih juga diceramahi -___-*. Apalagi, Akane
juga syok saat tahu hal ini. Akhirnya, sampai kelas 2 SMA aku tinggal di rumah
Nenek. Oke, kesannya aneh kan? Tapi ternyata, aku tahu belakangan, bahwa ini
dilakukan agar aku bisa memperbaiki sikapku. Sekarang, aku jadi ketua OSIS. Mungkin
kalau aku nggak didisiplin begitu sama Otoosan, kata – kata kasarku bisa tambah
lagi :\
-O0O-
“Oh, aku mengerti :) Jadi itu
sebabnya Kakak minggat. Aku heran, selama ini kan kita satu sekolah. Tapi
kenapa aku hampir nggak pernah lihat Kakak ya?” aku tersenyum saat cerita
Wataru berakhir.
“Yahh~ Mungkin Tuhan punya maksud
lain, kenapa kita harus berpisah untuk sementara. Tapi buktinya, setelah aku
pergi, kamu malah jadi mandiri, kan?” dia tertawa sambil menyuap satu sendok waffle-nya.
Aku meringis. “Dasar -__- dari
dulu aku juga sudah mandiri -3-“ Ngomong – ngomong, aku mau tanya, nih. Soal
Kyoko,” kataku.
Dia bertanya, “Adiknya Akira,
kan? Dia sakit pneumonia, lho. Kamu ada rencana menengoknya?”
“Gimana mau nengok, Kyoko kan ada
di Cina -__-“ jawabku sambil tersenyum masam.
Dia cuma melongo. “Cina? Jauh
amat --" Kasihan Akira, sejak tahu Kyoko sakit parah, dia jadi kurus
begitu,” katanya *menyisipkan rasa kasihan*
Aku mengangkat bahu. “Ya~ Aku
tahu, sih gimana perasaan Kak Akira. Kelihatannya sih, keluarga Kyoko belum
ngomong apa – apa sama pihak sekolah,” tambahku *menyisipkan rasa heran*, “padahal, Kyoko kan salah satu anak emas sekolah.”
“Pasti keluarganya punya alasan
untuk itu. Ngomong – ngomong, dia kan punya twitter.
Coba kamu tanyakan ke dia,” usul Wataru sambil membawa piringnya keluar dari
beranda.
-O0O-
@Kyokochan_Kanagawa wish healthier than b4 >< I’ll miss @Blue_AkaneHaibara,
@Yamamura_Kanachan :( 2h
>< aku juga bakal kangen
sama Kyoko!!
Aku mencoba mengirim message ke Kyoko lewat Twitter, dan dia
langsung membalasnya. Ha!
Akane~
><
Kata
dokter, pneumoniaku udah mulai parah. Hiks!
Beliau
bilang agar aku bisa segera operasi. Tapi orangtuaku bilang nggak boleh. Mereka
takut kalau aku kenapa – napa.
Aku
takut kalau, kalau, yaa... tahu sendiri kan, kamu? Huee~ TT
Dari pesannya saja, aku tahu dia
mau ngomong apa. Dia takut kalau operasinya nggak berhasil.
Kyoko~
><
Jangan
ngomong gitu, ah. Percaya aja, kalau Tuhan pasti menolongmu ^^ Jangan patah
arang ya :)
Terus aku tidur saking ngantuknya
XD
-O0O-
“Akanee~”
Kana langsung menubrukku
begitu aku sampai di kelas keesokan harinya.
“-___- ini anak lebay banget deh
XD” aku nyengir ke arah Kana, “kenapa kamu?”
Tanpa ba bi bu, dia langsung
menjawab,
“Hari ini Kyoko dioperasi!!”
Kana menjawab sambil mengacungkan
telunjuknya *dasar aneh*
“Hah?” aku melongo :O
“Terus!! Kalau dia sudah selesai operasi, dia bakal
balik ke rumah neneknya di Osaka, di desa. Sedih deh L” Kana berkata – kata tanpa
menarik nafas sama sekali *oh wow*
“Kana J” aku *masih* berusaha sabar di
depannya, “Kyoko pasti baik – baik saja, kok. Kamu ngerti, kan? Selama dia di
kelas, dia bisa jadi ketua kelas yang baik. Sampai ada yang bilang kalau dia
bisa dicalonkan jadi ketua OSIS.”
“Jadi?” Kana bertanya.
“Jadi, kamu harus percaya kalau
dia bisa melewati masa – masa kritis itu. Ha! Atau kamu takut kalau dia keluar,
kamu malah dijadikan ketua kelas?” aku bertanya sambil setengah nyengir.
“XD ha! ketahuan juga deh XD
dasar Akane -3-“ Kana tertawa, lalu ikut masuk ke kelas.
Sekilas, aku menengok ke luar. Kalau naluri detektif aneh dan mistis itu
benar, berarti ada cowok yang menguping di dekat tembok koridor selama aku dan
Kana ngobrol.
Eh...
-O0O-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar