Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Rabu, 01 Februari 2017

Yohanes 1—3

Penulis kitab ini—walaupun nggak disebutkan secara gamblang—adalah Yohanes, salah satu murid Yesus (dan juga termasuk inner circle-Nya). Nah, kalo tiga kitab sebelumnya (Matius-Markus-Lukas) diawali dengan kelahiran dan pelayanan-Nya, maka kitab ini cukup antimainstream. Kenapa? Karena kitab ini dimulai dengan pernyataan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). It means Allah itu kekal, dari dulu sampai selama-lamanya Dia tetap ada.

Oh, ya. Sebagian besar peristiwa yang tecatat di Injil Yohanes ini nggak tercatat di tiga kitab Injil lainnya, lho. Hayo, kenapa? :p Tentu kita tahu bahwa apa yang dilakukan seseorang itu (biasanya) diketahui oleh inner circle-nya, termasuk Tuhan Yesus. Emang nggak ditulisin sih, alasan kenapa cuma Yohanes yang menuliskan Injil ini (padahal masih ada Petrus dan Yakobus). Tapi dengan berbagai kemungkinan yang ada, maka menurutku jelas aja kalo banyak peristiwa yang ditulis di dalamnya itu nggak ada di tiga kitab Injil lainnya. Karena Matius bukan termasuk inner circle-nya Yesus (inner yang bener-bener inner), Markus dan Lukas yang hidup setelah kenaikan Yesus ke sorga. Hmm, maafkan pengetahuan Alkitabku yang terbatas ini ya -.-

Oke, ayo kita bahas mulai dari pasal satu :)


Yohanes 1

Ketika beberapa imam dan orang-orang Lewi datang kepada Yohanes Pembaptis (bukan sang penulis kitab ini), mereka bertanya, “Siapakah engkau?”. Mengacu pada tiga kitab sebelumnya, pertanyaan ini muncul karena Yohanes membaptis—di mana anggapan pada waktu adalah Mesiaslah yang bisa membaptis orang, bukan orang biasa. Mungkin saja pada waktu itu Yohanes bisa menjawab (dengan bohong) bahwa dialah Mesias. Tapi dia nggak melakukannya.

Kenapa? Toh, kalopun dia bohong, nggak ada yang tahu. Tapi Yohanes tahu kalo dia bohong, itu artinya dia akan melangkahi Pribadi yang sedang dia persiapkan jalan-Nya itu. Nah, bagian ini dilanjutkan dengan peristiwa ketika Yohanes menunjuk Yesus sebagai Anak domba Allah yang telah ada sebelum dia ada (ayat 29—30).

Kemudian di perikop berikutnya, Yohanes menunjuk Yesus yang sedang lewat pada dua muridnya (yaitu Andreas dan Yohanes adik Yakobus) sebagai Anak domba Allah (ayat 35). Mendengar hal itu, Andreas dan Yohanes pun mengikuti-Nya. Di sini aku membayangkan bagaimana perasaan Yohanes Pembaptis saat melihat dua muridnya mengikuti guru lain. Bayangkan ada anak rohani kita yang mengikuti pembimbing lain yang lebih menonjol. Kira-kira gitu kali, ya :s

Secara manusiawi, kemungkinan ada rasa iri dan rendah diri itu bisa muncul. Tapi berbeda dengan Yohanes Pembaptis. Dia tahu bahwa dirinya harus siap kehilangan murid karena kehadiran Yesus. Dia sadar bahwa dirinya nggak layak untuk menandingi Yesus. Semua ini bisa terjadi karena Yohanes Pembaptis tahu posisinya dalam rencana Allah. He is a messenger who prepared Jesus’ way before Him (lihat Maleakhi 3:1).

Bagian terakhir dari kitab ini adalah ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama: Andreas, Yohanes, Petrus, Filipus, dan Natanael. Ada bagian menarik dari peristiwa ini, yaitu ketika Natanael bertanya pada Filipus, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (ayat 46). Padahal sebelumnya Filipus berkata bahwa dia dan beberapa temannya (Andreas dkk.) telah menemukan Pribadi yang telah disebut sejak zaman Musa dan para nabi; yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret (ayat 45). Kenapa Natanael tanya begitu? Besar kemungkinan pada zaman itu, Nazaret hanyalah sebuah daerah yang berisi orang-orang jahat. Dalam versi TSI, Natanael berkata, “Apakah mungkin seorang yang baik bisa berasal dari kampung itu?”. Tapi Filipus kekeuh ngajakkin Natanael buat ketemu Yesus. And the rest is written at the last part: Natanael became one of Jesus’ disciple.


What I learn:

1. Aku belajar bahwa jadi murid bukanlah sesuatu yang mudah. Di samping dimuridkan, tentu ada tanggung jawab untuk memuridkan (Matius 28:19—20). Ada kemungkinan anak-anak yang kumuridkan itu pergi karena menemukan pembimbing yang lebih mampu membimbing mereka. Secara manusiawi (dan cewe), tentu rasanya kesel gara-gara ditinggal murid. Udah dibimbing baik-baik, dikasih perhatian sedemikian rupa, eehhh malah pergi cari yang lain. Kaya’ habis manis sepah dibuang -.- But here, aku diingatkan bahwa ada beberapa hal yang memang harus mereka cari di luar bimbinganku. Aku nggak bisa mengekang mereka untuk belajar lebih, kan? Lord, I pray that you will guide my spiritual children to keep their faith in You...

2. Aku diingatkan bahwa nggak ada yang nggak mungkin bagi Tuhan. Mau bagaimana pun latar belakangnya, Dia bisa pakai orang-orang untuk melakukan pekerjaan-Nya—tinggal merekanya mau atau nggak. Yesus berasal dari Nazaret yang, secara reputasi, bukanlah daerah yang menghasilkan orang-orang baik. Para murid pun hanyalah orang-orang biasa. Tapi Yesus memanggil mereka untuk menyebarkan kabar baik kepada semua orang (yang akhirnya bisa kita baca dan renungkan hingga detik ini). Wow! How great He is!



Yohanes 2
Mau apakah engkau dari pada-Ku, Ibu? Saat-Ku belum tiba,” kata Yesus saat ibu-Nya (alias Maria) mendatangi-Nya dan berkata bahwa “pihak katering” pernikahan di Kana itu kehabisan anggur (ayat 3—4). Perlu diketahui, pada zaman itu apabila persediaan anggur habis, maka pihak penyelenggara pernikahan itu akan menanggung malu. Bayangkan kita datang ke sebuah pernikahan kerabat, membayangkan hidangan yang akan disantap (wahahahaha salah fokus :p), eehhh ternyata makanan-minumannya udah habis :( yah, pupus sudah, deh. Kita pun cuma ngomel-ngomel.

By the way, aku pernah denger salah seorang pembimbingku bahwa pada zaman itu, pernikahan pada adat Yahudi bisa berlangsung berhari-hari lamanya (bisa jadi seminggu! Waoo, lama sekalee). Nah, mungkin karena itulah persediaan anggurnya habis. EO-nya bingung, terus woro-woro kalo anggurnya habis. Kemungkinan besar, Maria juga terlibat di dalam EO itu (atau mungkin masih kerabat dengan memperlai), karena rasanya malu banget kalo ada pihak luar yang tahu ada insiden begini.

Tapi jawaban Yesus di atas tetap membuat Maria yakin bahwa Yesus akan melakukan sesuatu, that’s why she told the servants to do His says. Dan terbuktilah: mujizat anggur di pernikahan Kana itu terjadi. Itulah mujizat pertama Yesus. Iman Maria membuktikan bahwa Allah adalah Jehovah Jireh, God is the Provider :)

Loncat ke perikop terakhir: ketika Yesus mengobrak-abrikkan Bait Allah. Guys and gals, waktu itu Bait Allah adalah tempat yang harus dijaga kesuciannya. Nggak sembarangan kegiatan bisa dilakukan di situ. Tapi waktu melihat para penukar uang dan pedagang hewan sedang bertransaksi di situ, Dia marah besar :X Oya, pedagang dan penukar uang itu bisa berada di sana untuk mencari nafkah. Kan, di Bait Allah ada perayaan-perayaan tertentu yang membutuhkan korban bakaran dsb. Sedangkan penukar uang... kurang tahu aku :s hehe. Maaf, ya. Intinya, Bait Allah bukanlah pasar (TSI).

Wah, tapi masalah kesucian Bait Allah ini nggak cuma dalam konteks gereja saat ini, lho. Tapi Bait Allah juga berbicara tentang kesucian hati kita sebagai orang Kristen. Ingat saat Paulus berkata bahwa kita adalah bait Allah dan Roh Allah diam di dalam kita (1 Korintus 3:16)? Nah, demikian pula hidup kita seharusnya di hadapan Tuhan. Sebagai orang Kristen, kita nggak bisa bersikap sesuka kita sendiri. Setiap pikiran, perkataan, dan tindakan kita itu dilihat Tuhan dan orang lain. Kalopun orang lain nggak lihat, tapi Tuhan yang lihat. Nah, kira-kira kita bisa nggak menjaga integritas sebagai orang Kristen? Bisakah kita menunjukkan bahwa kita adalah bait Allah yang tetap terjaga kesuciannya (walopun masih dalam jatuh-bangun)?


What I learn:

Aku belajar bahwa iman itu kuat banget kuasanya. Mungkin sampai saat ini, ada beberapa doa yang belum dijawab Tuhan. Tapi aku yakin, apapun jawabannya akan menolongku untuk lebih bertumbuh dalam proses penantian... dan meyakini bahwa setiap jawaban-Nya akan membuat namanya semakin dimuliakan lewat hidupku :)


Yohanes 3

The last part from my Bible Reading today! Salah satu bagian menarik dari bagian ini adalah tentang Nikodemus. Yup, dia adalah seorang Farisi, which means dia (dianggap) paham tentang segala hukum Taurat dan pengajaran Tuhan dari zaman dahulu sampai saat itu. Tapi yang membuatku tertarik adalah bagaimana dia mendatangi Yesus pada... malam hari.

Ha! Kenapa harus malem-malem? Kenapa nggak siang aja? Nah, secara posisi, Nikodemus tahu bahwa dirinya terancam bahaya kalo menemui Yesus secara terang-terangan (baca: siang hari). Jabatannya bisa dicopot, dan dirinya terancam karena dianggap mengkhianati perkumpulan orang Farisi (by the way, semua tulisan di sini hanya tafsiran aja ya hehe. Just cmiiw :)). Makanya dia baru menemui Yesus pada malam hari. Dan mereka pun terlibat dalam pembicaraan tentang lahir baru dsb.

Memang pada bagian-bagian berikutnya, tidak banyak peristiwa yang melibatkan Nikodemus. Namanya hanya tercatat pada pada Yohanes 7:50, 19:39. Pada dua bagian ini, Nikodemus mulai menunjukkan imannya pada orang lain, apalagi pada pasal 7. Di situ, kemungkinan besar Nikodemus sudah mempersiapkan diri atas risiko pernyataan imannya (walopun masih samar-samar). Dia berkata, “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” (Yohanes 7:51). Mendengar pernyataan itu, rekan-rekannya berkata, “Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea”.

Tidak jelas bagaimana akhirnya: apakah mereka mencopot jabatan Nikodemus saat itu juga, atau ada peristiwa lain yang terjadi dan Nikodemus masih terlibat di dalamnya. Tapi yang jelas, dari pasal 19, kita tahu bahwa Nikodemus membantu Yusuf menguburkan Yesus. Dia bahkan membawa ramuan berbau harum—campuran mur dan gaharu—yang beratnya lebih dari 30kg. Gils!! Berat sekalee :O :O But this is the prove of Nicodemus’ love to His Lord.


What I learn:


Pemberitaan Injil itu ibarat mata rantai. Kalo satu bagiannya hilang, maka rantai itu nggak akan bisa menyatu. Di sini pun, pada awalnya Nikodemus belum menerima Yesus secara sepenuhnya untuk menjadi Juruselamat dan Tuhannya secara pribadi. Itu wajar. Yesus pun nggak memaksanya untuk menerima-Nya saat itu juga. Tapi ada proses, dan proses itulah yang akan menentukan apakah dia akan menerima-Nya atau tidak. Ingat, keselamatan itu gratis; tapi ada harga yang harus dibayar ketika kita telah berkomitmen untuk menjadi pengikut-Nya. Now, are you ready to be His completely comitted followers? (Not a Fan).




NB: Aku terinspirasi membuat catatan Bible Reading ini setelah membaca blognya C' Sarah Eliana. She shares her Bible Reading's notes, and it blesses me! :) Aku pun juga ingin bisa membagikan apa yang kupelajari dari bacaan tiap harinya. Oya, juga biar aku semangat BR, karena ada "sesuatu" yang harus kutulis di sini :p heheu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar