Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Sabtu, 01 Desember 2012

Salib ODHA - Hari AIDS Sedunia

For all of the people who have HIV/AIDS. Jesus Christ loves you, and He still waiting for you :)

-inspired by @dwitasaridwita-




"Kamu ODHA?"

Dengan tatapan membelalak dia berseru. "Nggak. Kamu pasti bohong. Nggak mungkin," dia berkata sambil menggelengkan kepalanya.


Aku menatap dia dengan lemas. "Nggak. Aku nggak bohong," aku berkata, dan sedetik kemudian aku menyadari bahwa aku ini bodoh. Untuk apa kamu mengakui bahwa tubuhmu terserang HIV/AIDS pada pacarmu?



Dan dia masih tetap nggak percaya. "Aku nggak ngerti! Kenapa kamu bisa kena penyakit itu? Apa sebelumnya kamu pernah berhubungan sama orang lain?!"



Duh, Tuhan.. Kenapa dia bisa bilang seperti itu? batinku sambil mencoba untuk mengelus dadaku.


"Bukan," kataku, "aku pernah disuntik dengan menggunakan suntik yang belum disterilkan..."



PLAK! Dia menamparku, dan kemudian dia berteriak, "Kenapa kamu nggak pernah cerita sama aku?! Bukankah kita sudah berjanji untuk nggak menyembunyikan apapun, ya kan?!"


Aku mencoba mendekatinya, namun dia malah mundur 1-2 langkah, dan akhirnya dia berlari keluar dari rumahku.



-*-


1 orang, yang kuanggap begitu penting dalam hidupku, kini pergi. Pergi dari kehidupanku yang kosong, pergi dari kehidupanku yang seperti sampah ini.



Sekarang siapa yang tersisa? Ibuku telah tiada. Beliau-lah yang membuatku bertahan hidup sampai sekarang. Ia memberikan seluruh darahnya yang tersisa untukku, yang waktu itu aku sempat mengalami kecelakaan parah sewaktu pergi bersama dengan teman - temanku.

Ayahku? Entahlah. Aku tidak pernah mengenal ayahku. Dan aku tidak ingin mengenalnya. Dia adalah orang terkeji sedunia, yang menodai ibuku dengan perbuatannya yang kotor. Ketika Ibu melahirkanku, ayahku dikabarkan telah menikah dengan gadis lain.

Akibatnya, Ibu-lah yang harus menanggung akibatnya. Ia harus menanggung aib yang begitu besar, di samping mengasuhku. Banyak celaan, cemoohan, bahkan makian yang harus ditanggungnya. Di depanku, keluarga besarku hanya tersenyum manis. Padahal di belakang, mereka memaki - maki Ibu! Munafik!



-*-


Aku mengeluarkan seutas tali dari rak penyimpanan. Kuikat tali itu di gantungan yang ada di jendela di atas kamar.


Dan akhirnya, terbentuklah sebuah lingkaran dari tali itu. Aku mulai memasukkan kepalaku ke dalamnya. Tapi, entah kenapa, ketika aku akan melangkah maju, aku melihat wajah - wajah orang yang pernah mengisi hidupku di dalam benakku.



Yang pertama, aku melihat sosok Ibu. Sosok yang tetap berjuang melangkahi hidup yang semakin tidak adil baginya. Kerutan - kerutan di wajahnya terlihat jelas dalam benakku. Tiba - tiba, sosok itu berkata,



"Nik, jangan kau akhiri hidupmu dengan sia - sia. Tidak ada gunanya, Nik."


Aku tersentak. Aku menoleh ke sekelilingku. Tidak ada siapa - siapa.

"Pasti aku berhalusinasi," pikirku sambil kembali melangkah.



Di langkah kedua, aku terbayang - bayang sosok sahabatku. Sosok yang mau mengenalku, menjadi sahabatku, meski dia tahu bahwa aku menderita HIV/AIDS.


Dan tiba - tiba, ada suara (lagi), yang menyadarkanku,


"Jangan cepat putus asa. Hidupmu akan jauh lebih berguna kalau kamu menghabiskannya dengan percaya kepada Tuhan, dan melayani-Nya."



Tuhan? Aku terdiam. Tuhan itu siapa? Aku yakin aku pernah mendengar tentang Tuhan. Tapi kapan?



Aku mengalihkan pandangan ke arah mejaku, yang berada di samping tempat tidurku. Ada banyak kertas berwarna - warni di sana. Mataku menangkap tulisan yang ditulis dengan spidol merah, di atas kertas putih.



"TUHAN YESUS SAYANG ODHA."


Dan masih ada beberapa tulisan yang menyangkut tentang ODHA. Oh, ya. Ini tulisan yang dibuat anak - anak di gereja, menjelang hari AIDS sedunia. Dan ada beberapa kertas yang diberikan padaku.




Tiba - tiba, aku merasa pundakku ditepuk. Dan aku merasa, ada sesuatu yang mengalir dengan hangat di hatiku.


"Kenapa kamu secepat itu untuk putus asa?"

Suara-Nya, suara yang pernah menggetarkan benteng hatiku yang keras..


"Kenapa kamu berbuat seperti itu, Nak? Kenapa kamu tidak memanfaatkan kesempatan yang sudah Kuberikan padamu?"



Wajah-Nya terlihat sedih, ketika melihatku yang sudah rapuh ini.


"Apakah itu Kau, Tuhan?" tanyaku dengan suara pelan. "Apakah Kau yang pernah kuakui menjadi Tuhan dan Juru Selamatku?"



Tanpa memedulikan aku yang sudah jadi sampah ini, Dia memelukku. Memelukku dengan erat. Dan untuk pertama kalinya, aku merasakan kasih sayang seorang ayah, yang selama ini tidak pernah aku rasakan.


"Ini Aku, Nak. Aku-lah Dia, jalan dan kebenaran dan hidup. Masihkah kamu percaya pada-Ku?" tanya-Nya sambil masih terus mendekapku.




Lalu aku tersadar. Waktu aku berumur 14 tahun, untuk pertama kalinya aku mengaku percaya pada-Nya. Pada Tuhan Yesus Kristus, untuk menjadi Tuhan dan Juru Selamatku.




"Tuhan, aku udah nggak kuat lagi. Aku capek Tuhan, sama semuanya..," kataku sambil mulai menangis di dalam pelukan-Nya.



Dalam pelukan-Nya, aku bisa melihat-Nya tersenyum. "Nik, kamu harus kuat. Seberat - beratnya bebanmu, itulah sallib yang harus kamu pikul," kata-Nya.


"Tapi aku capek, Tuhan. Salib ini berat sekali," kataku sambil mencoba 'meluluhkan' hati-Nya.


Sambil masih tetap tersenyum, Dia berkata,

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." - Matius 11:28-30



"Nik, hidupmu itu berharga di mata-Ku. Jangan akhiri hidupmu dengan sia - sia," lanjut-Nya. Dia memegangku, dan Dia berkata,



"Ikutlah Aku."



-*-



Aku melihat di sekelilingku, ada banyak anak kecil. Wajah mereka penuh dengan kebahagiaan. Mungkin mereka sadar bahwa dalam tubuh mereka ada virus yang dapat membunuh mereka. Namun virus itu tidak menghalangi mereka untuk beraktivitas seperti biasa.


Oh, ya. Ternyata Tuhan tahu apa yang terbaik untukku. Menjadi seorang pembimbing bagi anak - anak yang menderita AIDS adalah panggilan hidupku.




Ada mukjizat sederhana yang dirindukan ODHA: Sentuhan kasih dan penerimaan - Renungan Harian 1 Desember 2012





-selamat hari AIDS sedunia. terimalah mereka apa adanya. Tuhan Yesus memberkati :)-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar