Follow Me @aoifideco

@aoifideco

Senin, 29 Agustus 2011

Quo Vadis?

Quo Vadis?

ups, itu salah satu soal aneh yang diberikan guru 'tercinta' di sekolahku. namanya Akako-sensei.
"Apa arti dari Quo Vadis?" tanya Akako-sensei.

---


Diam, tak berkutik. Semuanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Guru agama itu terdiam, lalu tiba-tiba berkata,
"Baiklah. Kalau tidak ada yang menjawab, saya akan jadikan ini tugas. Carilah arti dari kata 'Quo Vadis', lalu kumpulkan 1 minggu lagi."

TENG! TENG! Yes! Save by the bell *kata2ku copas kata2ny guru bhs. Inggrisku - v'chan*. Thanks, God!
"Oke, sekian pelajaran dari saya," kata Akako-sensei, lalu berdiri.
"Berdiri, beri salam!" ketua kelas berseru.

***

"Aku nggak suka pelajarannya Akako-sensei," kata Minami, teman sebangkuku.
"Tapi kalau ulangan kamu selalu dapat nilai 100, kan?" tanyaku.
"Tapi aku sama sekali nggak suka pelajaran bagian ini, Yuuko~" kata Minami.

Well, pelajaran kali ini adalah tentang mengenal hidup baru bersama dengan Tuhan Yesus. Di bagian awal, tahu-tahu Akako-sensei memberi pertanyaan seperti itu. Zzz... nggak mood!

"Oh, aku tahu. Lihat, hampir sebagian besar teman kita juga merasakan hal yang sama." Aku melihat ke arah teman-temanku yang lain.
"Ups, harus pergi. Ada buka yang mau kupinjam di perpustakaan," kataku sambil ngeloyor.
"Oke, dadaahh~"

***
Aku melihat ke sebuah buku yang kini berada di depan mataku.

Quo Vadis = Ke mana aku akan melangkah?
Apa itu arti dari kata Quo Vadis?

"Eh, Yuuko," panggil Rie-sensei, guru perpustakaan sekolahku.
"Iya, sensei?" aku mengalihkan pandanganku dari buku itu.
"Apa kamu mau meminjam buku itu?" tanya Rie-sensei.
"Eh, ng... nggak, kok. Aku cuma mau mencari arti kata Quo Vadis," kataku.
"Oh, ya sudah. O, iya. Tadi saya ketemu sama seorang temanmu...," kata Rie-sensei.

Apa lagi ini? Masih adakah keanehan untuk hari ini?

"Cewek?" tanyaku.
"Iya, cewek. Dia tampaknya sedang sedih. Tadi dia mencarimu di sini. Lalu saya bilang, kalau saya belum ketemu sama Yuuko. Lalu, dia pergi," Rie-sensei mengangguk.
"O, begitu. Terima kasih, sensei," ujarku, lalu segera keluar dari situ.
***

"Oh, Satou (nama lengkapku Satou Yuuko)," panggil Matsuda padaku.
"Ada apa, Matsuda?" aku bertanya dengan heran.
Apa-apaan ini? Dari tadi aku merasa selalu dipanggil terus.
"Kamu tadi dicari sama Sonoko," jawabnya.

Sonoko? Ada apa dengannya?

"Oh, oke. Aku akan mencarinya. Di mana dia?" tanyaku.
Matsuda mengangkat bahu, "Entahlah. Kurasa dia sudah putus asa dengan keadaannya. Wajahnya dari tadi pucat."

Apa jangan-jangan...

"Matsuda! Apa dia bilang akan ke atap sekolah?!" tanyaku panik.
"Nggak, tapi tadi kelihatannya dia memang mau ke sana," jawab Matsuda kaget (o, sorii~)
"Dia pasti akan melakukan itu! Ya ampun!" aku segera berlari meninggalkan Matsuda yang juga terburu-buru berlari denganku.


***

"Sonoko!"
Aku berteriak tepat saat Sonoko akan menjatuhkan diri dari atap.
"Apa, sih yang kamu pikirkan?!" Matsuda segera menarik Sonoko ke atap sekolah.
"Lepaskan! Aku mau mengakhiri hidup yang menyakitkan ini!" Sonoko berteriak histeris.

Dan, diapun menangis sejadi-jadinya.

"Sonoko, ada apa, sih?" tanyaku penasaran. Nggak mungkin, kan kalau dia mau bunuh diri cuma gara-gara dapat nilai 70 sewaktu latihan bahasa Inggris?
"Aku... aku diputus sama Harada," kata Sonoko sambil setengah sesenggukan.
Diputus pacar, lalu mau bunuh diri?! Yang benar saja!
"Sonoko, yang benar saja! Kenapa kamu sampai ingin bunuh diri?! Harada, kan memang pantas untukmu," kataku.
"Harada? Kousuke Harada?" tanya Matsuda tiba-tiba.
Sonoko mengangguk.

"Dia, kan sudah punya pacar!" kata Matsuda kaget (o, wajar dia kaget. Matsuda adalah sahabat Harada).
"Sonoko, kenapa kamu bisa pacaran sama Harada?" tanyaku.
"Entahlah. Tahu-tahu dia bilang kalau dia suka sama aku. Jadilah kami pacaran," jawab Sonoko.
"Dasar playboy! Kenapa dia bisa melupakan pacarnya sendiri, sih?!" kata Matsuda kesal.
"Sudah, Matsuda. Sonoko, lain kali kamu harus hati-hati. Jangan gegabah begini. Tuhan nggak mau kalau kita mengakhiri hidup dengan cara konyol begini," kataku sambil mengelap air mata Sonoko.
"Sekarang aku nggak punya lagi tujuan untuk hidup. Quo vadis, ke mana aku akan melangkah?" tanya Sonoko.

Ah, iya. Setiap dari kita harus tahu tujuan hidup kita. Nggak masalah kalau tujuan itu merupakan hal terkonyol bagi orang, tapi yang jelas, tetaplah fokus pada tujuan hidup itu, sehingga kita nggak akan terombang-ambing kalau ada tujuan lain *dan malah melenceng dari tujuan semula*

"Sonoko, kadang kita memang belum tentu menemukan tujuan hidup kita. Tapi, jangan khawatir. Bertanyalah pada Tuhan apa yang dikehendakinya dalam hidup kita. Percaya, deh, Tuhan pasti akan memberi yang terbaik," kataku sambil tersenyum.

Sonoko tampak memikirkan kata-kataku, lalu dia tersenyum.

"Betul juga. makasih, ya Yuuko."

***

10 tahun berlalu Pertanyaan Akako-sensei tentang 'Quo Vadis' telah mengubah banyak pikiran teman-temanku. Kini, hampir semua temanku menjadi orang yang sukses, berkat 'Quo Vadis'.
Mau tahu apa pendapatku tentang Quo Vadis?
Quo Vadis adalah kata-kata dalam bahasa Latin, yang berarti, "Mau ke mana aku?", "Ke mana aku akan melangkah?". Orang yang mengucapkan kata-kata ini, mungkin pernah kehilangan harapan terbesar dalam hidupnya. Tapi, kalau kita terus bertekun dalam doa kita pada Tuhan, suatu saat Tuhan akan memberikan jawaban-Nya pada kita, tentang masa depan kita...

-Mazmur 25:21 "Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan engkau-

Have a nice day! Konnichiwa! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar