Hari ini,
aku bangun jam 4an pagi. Dannnn.. tahu-tahu ada suara dari gerbang rumahku!
“Tok tok tok!”
(note:
gerbang rumah biasa sih, bukan kaya’ gerbang istana yang mirip benteng gitu :p)
“Haduhhh
berisik banget tahu nggak -___- ini pasti pasiennya Mama (and it’s true :v),” pikirku tadi. Lalu aku jadi galau,
“Buka, apa
nggak? Buka, apa nggak?”
Sempat
terlintas di pikiran buat nggak mempedulikan ketukan itu, tapi tiba-tiba ada
satu pertanyaan yang langsung mendominasi pikiranku,
“Eh, gimana
kalo semisal yang mengetuk itu orang yang udah tuaaa banget? Kamu nggak kasihan
po, kalo sakitnya tambah kumat gara-gara gerbangnya nggak kamu buka? Kalo
seandainya dia (maaf) meninggal di depan rumahmu gimana?? Apa nggak berabe
coba??”
Waduh. Dan
nggak tahu kenapa, Tuhan ingetin aku, kalo posisi si pasien mirip dengan
perempuan yang meminta haknya terhadap lawannya kepada seorang hakim yang lalim
(duh, aku nggak tahu artinya lalim -_-) *baca
Lukas 18:1-6*. Jadilah, aku bukain gerbang rumah, dan si pasien (yang adalah
seorang ibu tua yang duduk di becak) langsung dibawa masuk oleh beberapa orang
yang menolong beliau untuk menuju ke ruang praktek Mama. Dan aku langsung
membangunkan Mama untuk segera memeriksa ibu itu.
Setelah
itu, Tuhan bicara di hati aku. Dan kata-kata-Nya cukup mengena sih :p
“Vin,
posisimu itu sama seperti ibu tadi. Beliau berharap mama-mu bisa segera bangun
dan memeriksanya. Kamu pun begitu, kamu berharap agar Aku bisa segera
memulihkan kondisimu saat ini juga. Tapi kamu tahu? Aku dan mama-mu berbeda. Mama-mu
bisa tertidur, tapi Aku tidak.”
Awalnya
sih, aku bingung. “”Lho, maksud Tuhan gimana sih? Kok tahu-tahu aku dibilangin
gitu?”
Lalu Dia
bilang gini, “Akulah Pertolonganmu, yang
menjadikan langit dan bumi. Aku tidak akan membiarkanmu goyah, Aku tidak akan
terlelap. (Mazmur 121:2-3)”
Aku jadi
ingat, bahwa semakin banyak orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Entah itu dengan sekolahnya lah, dengan pekerjaannya, dengan
organisasi/komunitasnya, dengan keperluan keluarganya lah. Jadi ya.. jangan
heran kalo ada yang merasa terabaikan :p Bukan cuma di sekolah (tempat di mana
seorang anak bisa merasa sendirian di tengah banyak orang), bahkan di rumah pun
anak bisa merasakan hal yang sama! (di post
berikutnya akan dibahas tentang keluarga dan bagaimana caranya agar kita
bisa menjadi garam dan terang di sana) Waaaa.. ati-ati aja deh :)
Tapi bersyukurlah!
Tuhan bukanlah Papa kita yang sibuk di kantornya melulu, Tuhan bukanlah Mama
kita yang doyannya cuma nggosip sama ibu-ibu tetangga, Tuhan bukanlah
kakak-adik kita yang demen banget buat main game
online (but thanks God,
keluargaku nggak sampe segitunya :B hehe). Tuhan adalah Bapa kita yang selalu
memperhatikan kita. Bahkan Dia tahu berapa jumlah helai rambut kita :O *padahal
kita aja nggak tahu*. He never sleep,
Guys...
Dia tahu
air mata jenis apa yang kita keluarkan, apakah itu air mata kebahagiaan ato
kesedihan. Dia tahu tawa apa yang kita keluarkan, apakah itu tawa dengan penuh
ketulusan, ato tawa dengan penuh paksaan. Dia tahu masalah apa yang sedang kita
alami di sekolah (walopun Ayah-Ibu, Papa-Mama, Papi-Mami, Emak-Babe nggak
tahu). Dia tahu kita lagi suka sama siapa. Dia tahu apa yang paling kita
takuti. Dia tahu perasaan kita ketika kita nggak lulus dalam pelajaran Fisika. He knows them, readers. Bersyukurlah
karena kita punya Bapa yang sangaaaatttt mengasihi kita :)
So bro and sist, percayakan hidupmu kepada Tuhan.
Mungkin awal-awalnya kita nggak bisa menerima apa yang Dia kehendaki (ya wajar
sih, kita kan emang nggak bisa menyelami jalan-Nya Tuhan :p). Tapi percaya deh,
suatu saat kita akan melihat bahwa hidup kita dibentuk Tuhan dengan cara-Nya
yang nggak pernah kita sangka :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar