Guysssssss.. akhir-akhir ini, nggak tahu kenapa
aku kok jadi demen banget buat nulis. Hm, mungkin karena banyak yang bilang
bagus, terus jadi demen kali ya? Haha! Nggaklah :p kalo masih dikasih
kesempatan buat nulis, kenapa nggak?
Well, ceritanya beberapa hari ini aku baru baca The Puzzle of Teenage Life-nya Grace
Suryani. Dan, aku pun jadi terinspirasi buat nulis hal-hal yang berkaitan erat
dengan kehidupan remaja :) *beberapa hal tersebut telah ku-post-kan di blog ini, dengan label ‘Keep My Purity’*. Nah, di buku itu, C’ Grace menuliskan tentang
keluarga bagi remaja. Dan isinya telah menginspirasiku (lagi) untuk menulis
tentang keluarga :v hahaha.
Sooo.. buat kalian, keluarga itu apa sih?
Apakah keluarga itu berarti sebuah kumpulan orang
yang di dalamnya ada yang kita panggil Papa, Mama, kakak, adik? Ato mungkin ada
juga yang kita panggil Opa, Oma, Om, Tante, kakak-adik sepupu?
Ato mungkin keluarga itu cuma sekelompok orang
yang “yah, cukup tau aja deh”. Yang kita tahu, mereka ada dalam hidup kita.
Mereka nggak peduli sama kita, sibuk sama urusan mereka masing-masing. Hm, ya ya ya tidak tidak bisa jadi bisa jadi!
Ato.. keluarga adalah tempat di mana kita merasa
diterima, tempat di mana kita bisa menjadi diri kita sendiri apa adanya?
What do you
think, Guys?
“Aku sih, milih yang kedua, Cik! Papaku pergi
entah ke manaaa, mamaku cuma sibuk sama kariernya, kakakku udah nggak ada
lagi.. padahal, cuma dia yang jadi tempat curhatku di rumah :(“
“Iya, aku sih taunya ada yang namanya Papi, Mami,
koko, sama dedek. Tapi kok, mereka kesannya nggak mau nerima aku yang nggak pinter gini ya :(“
Guys, aku nggak tahu apa aja yang jadi pergumulan
setiap anak di dalam keluarganya. Tapi yang pengen aku bilang di sini, love your family, whatever they are.
“Yaaaaaa Vinia mah keluarganya fine-fine aja sihhh. Jangan sembarangan
ngomong deh! Kan kamu nggak tahu seberapa buruknya keluargaku!”
Ya santai aja, keleus
(kali) ._. Aku pernah punya
pengalaman buruk dalam keluargaku juga.
Waktu aku masih SD, aku sering mikir, “Emangnya
aku bener-bener anak Papa-Mama ya? Kok, aku sering banget dimarahi Mama. Papa
kadang juga kerasa jauhhh banget (kerja di luar kota sih, 3 hari dalam seminggu
:|).”
Bahkan dulu aku pernah pengeeeennnn banget buat
minggat dari rumah -_- Rasanya ogah banget buat tinggal serumah sama keluargaku
sendiri. Pengen punya keluarga impian, yang bisa ngewujudin semuaaaaa
keinginanku (beberapa tahun kemudian aku baru tahu kalo nggak semua keinginanku
itu baik :p).
Jadilah dalam pikiranku aku punya prinsip, “Oke,
aku bakal belajar serajin mungkin, biar dapet nilai bagus. Aku bakal jadi anak
baik, biar bisa diterima keluargaku sendiri.”
Pada akhirnya aku capek sendiri :p Semua usaha
pembuktian jati diriku (eciehh eheh) nggak menghasilkan apa-apa, selain
tertanamnya di pikiranku bahwa aku harus jadi creame de la creame (yang terbaik dari yang terbaik). Dan yang
paling konyol, nilai-nilaiku justru terkubur di bawah nilai temen-temenku yang
jauh lebih bagus -_- lol!
Tapi di titik itulah, aku jadi sadar, bahwa
sebodoh-bodohnya diriku, keluargaku nggak ngusir aku. Papa-Mama tetep ngasih
makan, kasih bayaran sekolah, tetep perhatiin pendidikanku, tetep ngajak pergi
jalan-jalan, tetep mau ke gereja bareng aku...
Dan aku jadi sadar, Tuhan pun juga begitu. Seburuk
apapun kita, Tuhan kita tetep mengasihi kita, tetep menganggap kita
anak-anak-Nya.
Lho kenapa?? Bukannya aku ini punya kelemahan fisik?? IQ-ku
aja di bawah 120! Aku nggak pantes lah buat disayang!
Yesaya 43:4 berkata:
“Oleh karena
engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku
memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.”
We’re so
precious in His sight! It’s because we’re the masterpiece of God
:) Kita patut bersyukur karena Tuhan bukanlah Pencipta yang langsung
‘menghapus’ karya-Nya yang buruk. Karena apa? Karena Dia punya rencana khusus
buat karya-Nya itu selama dia hidup di dunia ini.
Kalo ngomongin soal berharga-enggaknya orang, aku
pasti (pasti katanya :p) teringat sama salah seorang temanku. Ehm, jadi temenku
itu... dia punya kelemahan fisik. Dan buatku dulu, wajarlah kalo dia menuntut
Tuhan, “Tuhannn.. aku salah apa sih sama Tuhan?? Kenapa kok, aku dikasih
penyakit parah sampai sekarang!?”. Dan wajar aja kalo dia nggak mau pelayanan
lagi, nggak mau berelasi sama Tuhan, menutup diri dari pergaulan. Sekolah dan
kuliah pun sesuka hati aja lah.
Keluarganya aja kaya’ nggak mau peduli sama dia.
Jadi wajar aja dong, kalo dia mau ngapa-ngapain sesuka dia? Mau sekolah ya
terserah, mau dolan ya terserah, mau minggat ya terserah.. *cuma bisa kasih
pukpuk dan bilang, “sabar ya” :3*
Kalo semua hal di atas itu terjadi karena sebuah
kewajaran bagi manusia, berarti yang sebenarnya terjadi bukan termasuk hal yang
wajar.
“Nggak wajar gimana??”
Yaaaa karena yang terjadi justru sebaliknya. Dia
justru tambah setia melayani Tuhan, jadi pembicara di mana-mana (padahal ya
cuma sebatas di lingkungan gereja doang sih :p), hidupnya jadi berkat :) Dan
hidupnya jadi inspirasi banyak orang (entah banyak orang ato nggak, tapi yang
jelas aku termasuk di dalamnya :p).
“Vinnnn aku ya mau punya hidup yang jadi berkat,
kaya’ diaaaa”
Tenang, Guys :) hidup kita bisa jadi berkat di
mana pun kok, tergantung Tuhan maunya di mana dan kapan. Tapi ya, kalo
menurutku sih.. mulailah jadi berkat di lingkungan terdekatmu. Yap, mulailah
dari keluargamu :D
“Haduh Vinnnn.. Emak-Babe aku mana mau dengerin
aku ngomonggg?? Mereka cuma nganggep aku anak kemarin sore!”
Lho, jadi berkat kan nggak cuma dari perkataan
doang. Kita bisa jadi berkat lewat perbuatan kita :) Yakobus 2:17b berkata,
“Jika iman
itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
Tapi yaaa.. jangan berbuat baik cuma gara-gara
biar diakui keberadaannya aja ya :p hahaha. Tunjukkan perbuatanmu kepada
keluargamu, bahwa kamu adalah orang Kristen yang telah diselamatkan dari
hukuman kekal :)
Lah caranya gimana?
Banyaaaakkkkk!! FYI, aku cukup bersyukur sama
keputusan Mama buat nggak punya pembantu lagi (dulu pernah punya, but she has retired since a few years ago).
Kenapa? Karena sejak beliau keluar, Mama justru ‘mendidikku’ untuk jadi ibu
rumah tangga yang baik :P eheh. Belajar nyuci piring, nyuci baju, nyapu,
ngepel.. Nah, daripada suwung sama galauin co (duh hehe), trus bingung mau
ngapain, mending belajar jadi ibu rumah tangga. Nggak bakal nyesel kok :p I’ve proved it. Lol!
Buat yang co, ehm... aku bingung mau nulis apa -_-
yaaaa.. Belajarlah untuk bisa mengurusi masalah-masalah yang biasa terjadi di
dalam rumah tangga. Dari yang paling besar (masalah pajak) sampai yang paling
simpel (ngusir kecoa ato tikus, yang justru jadi masalah *cukup* besar untuk ce
><).
Kalo masih punya dedek yang masih kecil-unyu gitu,
ya jagain dia deh. Ajak dia main (main rumah-rumahan kek, robot-robotan kek,
apa lah). Btw ya, umurku sama umur adikku yang co (alias yang paling kecil
sendiri) aja udah berjarak 9 tahun :v tapi ya kadang aku sama dia main bareng
sih. Main game bareng. Hehe.
Dan yang paling pentinggg, belajar mengampuni dan
menerima keluarga kita!! Udah, poin itu paling nggak bisa diganggu gugat deh :v
kalo dari kita sendiri aja nggak bisa mengampuni dan menerima, ya jangan
salahkan mereka kalo kita jadi merasa dikucilkan di rumah .___.
Iya, emang segala sesuatu butuh proses. Tapi yaa, lakukanlah segala sesuatu dengan KASIH :) dan sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan :D Jangan lelah untuk memulai sesuatu yang baik dan benar. Suatu saat, akan terlihat buah dari perbuatan kita itu :)
Papi JC, terima
kasih buat segala proses yang terjadi dalam hidupku.
Papi udah
ngajarin aku gimana aku bisa mengasihi, mengampuni, dan menerima keluargaku,
apapun keadaan mereka.
Dan terima
kasih untuk inspiratorku itu, Papi. Terima kasih untuk dia yang pernah berkata,
“Semakin dewasa seseorang, dia akan makin bisa menerima orang lain apa adanya” (on 9.6.13) :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar