Kasih itu lembut, kasih itu tak tinggi hati. Kasih itu
tidak sombong, tapi bersuka kar’na keb’naran...
-Tanpa Kasih-
“Belakangan ini
kamu kelihatan akrab dengan Kak Akira, ya Akane?” Kana bertanya padaku sambil
berjalan ke dalam kelas.
Aku meringis.
“Hehe... Nggak juga, kok. Dia mengajakku untuk membahas buku yang dibelinya
kemarin Sabtu J” jawabku.
Mulai hari ini,
sampai besok Jumat, sekolah akan mengadakan festival musim gugur. Berhubung
sekolah sudah selesai mengadakan tes tengah semester, maka dalam festival ini
juga akan diadakan bazaar dan banyak lomba.
Dan sekarang,
kami sedang melihat – lihat stand yang ada di dalam bazaar. Ada stand
permainan, stand makanan minuman, stand komputer, dan sebagainya. Kami
mengunjungi stand minuman (berhubung Kana tampak kehausan).
“Oh,” Kana
mengangguk – angguk, “kamu yakin kalau kamu nggak akan menyukainya?” tanyanya
lagi sambil membayar Coca Cola-nya.
Aku termenung.
Oke, beberapa
hari ini, kurasa aku menyadari bahwa Akira-kun nggak seburuk yang kukira.
Mungkin karena sebelumnya aku berpikir hal – hal yang buruk tentang dia
(duh)...
“Ng... Kurasa
sekarang aku bisa menerimanya,” kataku sambil tersenyum.
Kana – yang langsung
meminum Coca Cola-nya– membelalakkan matanya.
“APA? Kamu suka
sama Kak Akira? Woww :D” dia nyengir senang.
._. Aku bilang
‘bisa menerima’, bukan berarti kalau aku menyukainya, kan?
“Hei, aku bilang
kalau aku bisa menerimanya, bukan menyukainya, tahu ><” elakku.
“Oi, Akane!”
Wataru datang menghampiriku. Dia meringis saat melihat Kana.
“Halo, Kana :D
Eh, Akane. Aku nanti nggak bisa pulang bareng kamu. Ada rapat OSIS. Sepertinya
besok pagi akan ada acara yang nggak bisa diadakan. Kamu nanti pulang sama
Akira, ya. Hehe...” Wataru berkata sambil tersenyum.
Aku memiringkan
kepala. “Lho? Memangnya Kak Akira nggak rapat OSIS?” tanyaku.
“Dia ada acara
keluarga. Makanya aku minta tolong dia untuk mengantarmu pulang,” jawab Wataru.
Aku mengangguk.
“Oke J”
Setelah Wataru
pergi, Kana menyikutku. “Eciee~ Akane nih :D Selamat ya. Hahaha~”
._. Dengan
tampang masa bodoh, aku berkata, “Dasar Kana. Jangan – jangan kamu yang suka
sama Kak Akira, kan? :P”
“XD Masa’, sih?
Nggak dong. Hahaha~” Kana tertawa, “eh, ada stand buku :D ayo ke sana!” ajaknya
sambil menarikku ke stand itu.
--“ Dasar pengalih
pembicaraan. Ha!
-*-
Sekolah (atau
lebih tepatnya, festival sekolah) selesai pukul setengah 11.
Akane-chan, tunggu aku di depan perpustakaan, ya. Hehe~
Masih ada urusan sebentar dengan OSIS. – Akira-kun
K Urusan apalagi, nih?
Lupakan saja.
Aku segera
menuju ke lantai 2, tempat perpustakaan itu berada. Di sana, aku datang tepat
saat Akira-kun keluar dari sana.
“Eh, Akane-chan
XD” dia menyapaku.
Aku tersenyum.
“Kita bisa pulang sekarang, kan?”
Apa? K.I.T.A??
Yang benar saja!
Akira-kun tampak
salah tingkah. “Ehm... Iya J Oi, Wataru! Aku pulang duluan,
ya!” Akira-kun melongok ke dalam perpustakaan.
Wataru keluar dari perpustakaan. “Sip :D Jaga Akane baik – baik, ya. Awas, kalau dia kenapa – napa, kita nggak sahabatan lagi :P” katanya sambil nyengir.
“--" Kak
Wataru ngapain, sih? Lebay, ah XD”
kataku.
Akira-kun
tertawa. “Jangan khawatir, sobat. Dia aman, kok denganku. Aku yakin J” katanya meyakinkan Wataru.
“Oke. Hati –
hati di jalan, ya,” Wataru tersenyum sambil mengantar kami berdua ke arah
tangga.
Entah Wataru
yang dapat firasat atau bukan, aku merasa bahwa perjalanan pulang kali ini
nggak lancar. Dan apa yang kuperkirakan
itu benar...
-*-
“Bab 2-nya Crazy Love membuatku berpikir lagi,
deh,” kataku tiba – tiba.
Akira-kun
mengalihkan pandangan dari jalanan ke arahku. “Benar, kan? Bagian itu memang
menusuk sekali..,” katanya.
“Aku nggak
menyangka bahwa bisa ada orang yang dipanggil pulang Tuhan saat sedang
mengabarkan Injil,” aku berkata sambil melihat langit.
Cowok itu
mengangguk. “Tapi dengan begitu, orang lain jadi tahu, bahwa orang itu telah
diakui Tuhan juga,” ujarnya.
Ketika kami tiba
di depan sebuah restoran, Akira-kun menghentikanku.
“Akira-kun? Ada
apa?” tanyaku penasaran.
Akira-kun
menjawab dengan bisikan, “Aku melihat ada segerombolan orang yang mendatangi
kita.”
“Lalu apa
maksudnya? Siapa tahu mereka hanya berpapasan dengan kita,” kataku
menenangkannya.
Akira-kun
menggeleng. “Mereka tampak seperti segerombolan penjahat. Lihat! Mereka membawa
belati! Dan belati itu berlumuran darah!”
Belum selesai
dia berkata – kata, terdengar teriakan, “TOLONG!! ADA PEMBUNUH!!”
“Akane-chan,
cepat ke arah suara itu! Aku akan menelpon polisi!” Akira-kun segera
mengeluarkan ponselnya.
Sedangkan aku
langsung berlari menuju ke arah sumber suara itu. Di sana, tampak seorang
wanita yang berlumuran darah, dan
seorang pria yang tampak ketakutan.
“Apa yang
terjadi, Tuan?” tanyaku pada si pria, sementara aku mencoba menghubungi
ambulans dan polisi.
Si pria menjawab
dengan ketakutan, “Ada segerombolan penjahat yang menyakiti istriku. Sementara
itu, salah satu dari mereka merampok uang dan Blacberryku!!”
“Halo, polisi?
... Ada kasus perampokan dan percobaan pembunuhan. ... Di jalan Tokugawa
Ieyasu. ... Baik, tolong datang secepatnya, Pak. Terima kasih. ...”
Dan nggak sampai
5 menit, polisi dan ambulans sudah tiba di lokasi kejadian.
“Maaf, Nona dari
SMA Kimura Yasube, ya?” tanya salah satu petugas kepolisian itu.
Aku mengangguk.
“Iya. Kenapa, ya?” tanyaku heran.
“Sepertinya,
sewaktu perjalanan ke sini, saya melihat seorang teman Nona dikerubungi banyak
anak laki – laki di dekat sini. Saat saya melihat seragamnya, sepertinya dia
satu sekolah dengan Nona,” jawab si petugas.
Tunggu. Jangan –
jangan...
“AKIRA-KUN!!!”
aku langsung berlari menuju ke tempat Akira-kun. Sementara di belakangku ada 2
petugas yang mengikutiku.
Di sana,
Akira-kun tampak sedang berdebat dengan salah satu cowok dari gerombolan itu.
“Hei, nggak usah
berlagak, ya. Dasar anak SMA murahan!” kata cowok itu (A).
“Terserah kalau
kamu mau melaporkan kejadian ini ke kepolisian. Kami bisa menghajarmu sebelum
kamu melakukannya,” timpal cowok lain (B).
“Kalau kamu ada
di posisi kami, pasti kamu juga akan melakukan hal yang sama, kan?” kata cowok
lain dari yang lain (C).
Akira-kun
langsung berkata, “Walaupun aku sedang kehabisan uang, adikku sedang sakit, dan
banyak tugas kuliah yang harus kukerjakan, aku nggak akan pernah berbuat
seperti itu!”
Aduh, Kyoko!! Kalau kamu di sini, kamu pasti langsung
pingsan!
BUK
Akira-kun hampir
saja jatuh ke tanah, kalau aku nggak langsung berlari ke arahnya.
“Lihat, siapa
yang datang menolong cowok murahan ini?” kata A sinis.
“Kasihan cewek
itu. Cantik, tampak cerdas, tapi mau mengencani cowok seperti ini. Ckckck~” C
mengomentariku yang (berusaha) menolong Akira-kun.
B menghampiriku.
“Hei, bagaimana kalau kita menghabiskan waktu dengan cewek ini? Kelihatannya
dia punya banyak waktu, kan?”
Aku ingin
muntah!
“Jangan sentuh
dia!” terdengar suara Akira-kun, dan dia berhasil memukul B yang berusaha
mendekatiku.
“ANGKAT TANGAN!” 2 petugas yang datang bersamaku mengacungkan pistol ke arah mereka (yes!)
Salah satu dari
polisi yang datang belakangan langsung mendatangi mereka. “Nah, kalian bolos
kuliah lagi, ya? Memalak, melukai, dan hampir membunuh seorang wanita.
Sekarang, ikut saya ke kampus!”
Heh? Bapak itu bukan polisi? Lalu dia siapa?
“Untung saja Pak Rektor ikut kami. Kalau tidak, mungkin para mahasiswanya bisa menghabisi pacar Anda, Nona,” kata petugas yang sempat berbicara denganku tadi.
Aku kaget. “Eh,
bukan. Dia bukan pacarku!” kataku sambil menoleh ke arah Akira-kun. Ya ampun!
Tangannya memar, dan dia terluka!
“Pak, tolong
antar kami ke klinik terdekat!”
-*-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar