Di hari Minggu siang pada pertengahan bulan April, ada gladi bersih paduan
suara di gedung olah raga kota. 2 hari lagi, kota ini akan berulang tahun yang
ke-487, dan paduan suara itu dimintai tolong dewan kota untuk ikut memeriahkan
ulang tahun tersebut. Di dalam kelompok paduan suara itu, ada Stephen,
pembimbing latihan gitarku. Nah, hari ini, aku sudah berjanji padanya untuk
menceritakan sesuatu padanya. Jadi, aku menunggunya di kantin gedung itu.
“Hayoo~” dua tangan mendarat di atas meja, dan aku kaget karenanya. Entah
kenapa, ia selalu mengagetkanku dengan berbagai cara. Menyebalkan. Haha.
“Stephen -_- kamu itu apaan sih? Sejak kapan kamu keluar dari situ?” aku
bertanya sambil menunjuk gedung olah raga.
Dia meringis. “Baru saja. Hehe~ Kaget ya? Maaf, Grace. Tapi entah kenapa
aku suka mengagetkanmu. Hahaha~” katanya.
“Jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Oh iya. Kamu janji padaku untuk
menceritakan tentang sahabatmu, kan?” Rupanya Stephen masih ingat soal itu.
Aku tersenyum kecil. “Oh, itu. Ehm... Jadi, entah kenapa, akhir-akhir ini
aku merasa bahwa kecrohan yang ada di antara kami sudah kelewatan,” kataku.
“Kecrohan? Oh, maksudmu saat teman-temanmu mengecrohimu dengan ‘Ciee~
Grace sama Wilson, ciee~’ ya, kan?” tanyanya.
Aku mengerutkan dahi. “Wilson? Bukan~ Watson!” kataku sambil tertawa.
Stephen nyengir. “Oh, iya XD maaf. Maksudku Watson. Hahaha~”
“Dan aku bingung harus bagaimana untuk menghadapinya .__. Kan, kalau
menjauhinya akan kelihatan kalau aku punya masalah sama dia,” lanjutku.
“Hm...” Stephen bergumam, “dulu sewaktu aku seumuran denganmu, aku juga
mengalami hal yang sama denganmu.”
Aku membelalakkan mata. “Oh, ya? Cerita dong, Phen, cerita” kataku.
Dia tertawa. “Baiklah. Hahaha~”
“Ehm, jadi... Dulu ada seorang gadis yang sering mendekatiku di kelas. Dia
sering duduk bersamaku, dan dia juga sering bertanya padaku soal pelajaran,”
katanya saat memulai cerita. “Dan jujur, akhirnya aku jadi suka padanya,”
lanjutnya.
“Kami kami sering ngobrol, kami juga sering dikecrohi sama teman-teman.
Sampai suatu saat, dia mengirimiki SMS,” dia berkata lagi.
“SMS tentang apa?” tanyaku penasaran.
Stephen menarik nafas, lalu melanjutkan, “’Phen, maaf. Kurasa kita harus
menjauh. Ada 3 alasan. Pertama, aku jadi sungkan dan merasa bersalah padamu,
saat teman-teman mengecrohi kita. Kedua, aku juga ingin lebih mengenal
teman-teman yang lain. Dan yang ketiga, aku nggak ada rasa apa-apa sama kamu.’.
Rasanya itu mak-jleb banget. Dan
sejak saat itu, kami nggak pernah ngobrol lagi.”
Aku terhenyak ‘Apa ini juga yang
terjadi, kalau aku menjauhi Watson?’
“Aku nggak ingin pengalamanku terulang lagi padamu, Grace. Jadi, sebaiknya
kamu tetap bersikap baik pada Watson. Jangan salah tingkah setiap teman-teman
mengecrohimu, karena itu kan, cuma bahan bercandaan aja,” saran Stephen sambil
tersenyum.
Aku mendesah, “Tapi itu sulit...”
“Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba, kan?” tanyanya sambil menatap
dalam mataku.
Aku terdiam. ‘Benar juga, ya.
Mungkin aku bisa mencobanya,’ batinku.
“Terima kasih, Stephen. Karena kamu sudah mau mendengar curhatku, dan
memberiku saran untuk masalahku. Hehe,” kataku sambil tersenyum kecil.
“Sama-sama. Aku senang bisa menolongmu, Grace,” jawabnya sambil berdiri.
“Ayo, jadi pulang bareng, kan?”
Aku mengangguk. Lalu kami berjalan pulang.
Beberapa hari kemudian, saat aku masuk sekolah lagi, aku tetap mencoba
untuk tetap bersikap santai saat dikecrohi (eh :v), dan tetap bersikap baik
pada Watson seperti biasa.
“Ciee~ Watson sama Grace ngerjain tugas bareng-bareng,” teman-teman
(kembali) mengecrohiku dengan Watson.
“Grace, kamu harus tenang~ Tenang~” batinku sambil terus mengerjakan tugas
itu.
“Kamu nggak apa-apa, kan, Grace?” tanya Watson padaku.
Aku mengangguk kecil. “Iya, tenang saja. Hehe~” kataku sambil tersenyum
untuk menenangkannya.
Melihatku yang tersenyum, Watson pun tersenyum. Dan kami kembali
mengerjakan tugas. Sementara itu, kecrohan teman-teman yang lain mulai
berkurang, karena kami tidak terlalu menanggapinya. Haha XD Terima kasih,
Stephen!! ^^
07:50 a.m.
14.05.2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar