Guys, post ini kutulis karena aku terinspirasi dari
sepasang kakek-nenek yang beberapa kali kulihat waktu aku berangkat ke sekolah.
Biasanya, aku melihat mereka sekitar jam setengah 7
kurang (read: ±06.30 WIB) di dekat sebuah bank di jalan protokol kotaku. Yap,
setiap berangkat sekolah aku selalu lewat jalan itu. Hehehe...
Emangnya
kakek-nenek itu ngapain Vin?
Kakeknya jalan-jalan sambil bawa kursi roda. Neneknya
duduk di kursi itu.
Can you imagine it?
Waktu aku melihat pertama kali fenomena itu (lebay Vin
-_-), aku mikir gini,
“Lhoh lhoh lhohhh.. Kok yang duduk di kursi rodanya
malah nenek itu? Kenapa kok bukan yang kakek?”
Dan aku baru nyadar, nenek itu jauh lebih tua daripada
kakek itu. Rambut Kakek (FYI, they aren’t
my grandparents hehe) masih belum begitu terlihat beruban (walaupun
sebagian memang udah ada yang kaya’ gitu sih ._.), sedangkan rambut Nenek udah
beruban semua.
Bukan cuma itu. Secara fisik Kakek masih jauh lebih
kuat daripada Nenek (bisa dilihat dari beliau yang selalu mendorong kursi roda
Nenek dengan jarak yang ‘wow’ untuk seorang lansia).
Sayangnya, aku nggak tahu apakah mereka ini suami-istri
apa bukan :| kalopun kakak-adik, berarti sang adik (alias Kakek) sayang banget
sama sang kakak (alias Nenek). Bisa aja mereka tetanggaan. But I think it’s impossible -.- Hm,
mungkin kapan-kapan aku kudu tanya ke mereka, apakah mereka itu suami-istri ato
bukan #lhoh
Okelah. Coba asumsikan kalo mereka adalah
suami-istri (sorry, Grandpa-Grandma.
Maybe it’s a wrong assumption :s). Itu artinya, Kakek telah membuktikan
kasihnya kepada Nenek. And I love to call
it as unconditional love :)
Dan nggak tahu kenapa, aku pertama kali melihat
sepasang lansia itu beberapa saat setelah aku mulai berdoa bagi si dia (yang
ada nun jauh di sana :p lol), a candidate
of my future journey-mate :O
Bukan cuma itu, kalo semisal aku sedang memikirkan dia
(mikir dikit doang huahahaha), tiba-tiba pasangan itu nongol waktu aku lagi otw
ke sekolah. Haduh duhhh.. apalagi ini, Tuhan??
pikirku waktu itu.
Tapi entah kenapa, setiap kali aku melihat pasangan
itu, Tuhan seolah-olah mengingatkan aku tentang pertanyaan ini,
“Do you want to
have a future journey-mate who loves you, just like that Grandpa?”
Iya, aku emang mikir kalo Kakek sayang banget sama
Nenek. Kalo nggak, nggak mungkin beliau mau tiap pagi mendorong kursi roda
Nenek. Dan aku cukup terkesan dengan Kakek yang mau mendorong kursi itu sampai
beberapa ratus meter dari bank itu :$ apalagi, sejauh pengamatanku, Kakek itu nggak
pernah mengeluh tentang kondisi Nenek selama dia mendorong kursi rodanya :)
“Ya jelas banget
mau lah, Tuhann,” jawabku waktu ditanyai kaya’ gitu.
“Tapi gimana kalo
seandainya kamu yang ada di posisi Kakek? Will you do the same thing, just like that Grandpa?” tanya Tuhan
lagi.
#mak-jleb :p
Uhm, akhir-akhir ini, aku juga sedang bergumul tentang
‘menerima apa adanya ph-mu kelak’. Dan ya itu susah banget -.- sering banget
aku denger orang-orang putus cuma gara-gara nggak bisa menerima kelemahan pasangannya
(btw, beda iman nggak masuk yak :p). Apalagi putusnya kalo gara-gara masalah
sepele. Haduhhh...
Kadang rasanya pengen balik kaya’ dulu, waktu aku masih
belum tahu sama yang namanya doa buat calon ph. But I think it’s not a good choice. Berdoa bagi calon ph sedini
mungkin adalah salah satu cara bagi kita untuk tahu apa yang Tuhan inginkan
dalam diri calon ph kita kelak.
Dan bukan cuma itu, Tuhan juga mulai tunjukkan kepadaku
apa yang Dia inginkan dalam hidupku. Dia ingin aku berkarya di dunia anak =)
soalnya, aku pengennnn banget anak-anak bisa kenal Kristus sejak dini. Aku juga
pengen banget buat bisa mengubah pola pikir orang tua, bahwa “Pendidikan rohani
anak kami kan urusannya guru agama di sekolah/guru sekolah minggu/pembimbing
rohani mereka. Kami mah nggak bisa ngurus yang begituan!”. Haduhhh -.- ya
jangan salah kalo zaman sekarang anak kecil aja bisa nge-bully teman mereka sendiri, kalo sekolah minggu juga malah sibuk sama gadget mereka.. Lha wong orang tua mereka aja nggak
begitu peduli sama kehidupan rohani mereka. Hiks.
Tuhan juga ingatkan aku, bahwa aku harus mencari ph
yang satu visi dan satu misi denganku. Dannnn itu susah bingitzzz :P :P lol!
Wkwkwk.. ada 7 milyar orang di dunia ini, dan cuma ada 1 orang yang bakal Tuhan
kasih ke aku. And He’ll give you another
one as your journey-mate :)
Guys, aku rindu agar hubunganku dengan ph-ku kelak bisa
seperti pasangan lansia itu. Ketika yang satu sedang berada dalam kondisi yang
lemah, yang lain bisa menguatkan dia. Saling
menopang dan saling mengasihi, untuk bersama-sama membangun gereja Tuhan :)
Entah apakah dia yang sekarang sedang kudoakan ini
adalah orang yang tepat atau bukan, tapi yang jelas aku percaya bahwa Tuhan
akan memberikan orang yang sesuai dengan kehendak-Nya, and he should be the best husband for me, the best father for my
children, the best leader for our family, and the most important is.. he should
be the best person who can make us keep strong in every struggle =) Iya
kan? Nggak mungkin Bapa yang baik bakal ngasih kita ular beracun? Lha wong yang
jahat aja mau ngasih anaknya yang terbaik kok, apalagi Bapa kita di sorga! :D
Oh iya. Jawabanku atas pertanyaan Tuhan di atas
adalah... *jreng jreng jrenggg*,
“Tuhan, aku nggak
bisa mengasihi ph-ku kelak kalo aku cuma mengasihinya dengan kasihku sendiri.
Aku butuh kasih-Mu yang sempurna agar aku bisa mengasihi dia apa adanya, dan
agar aku bisa mengampuninya.. seperti yang telah Tuhan teladankan kepadaku.
Dan ya, aku mau
belajar untuk mengasihi dia dalam kondisi apapun.”
Tuhan, terima kasih
untuk Kakek-Nenek yang sering kulihat di Jalan Slamet Riyadi itu.
Sungguh bersyukur
karena di situ Tuhan ingatkan aku banyak hal tentang pergumulanku. Ajar aku
agar aku selalu melibatkan Engkau dan otoritasku di dalam pergumulanku ini :)
I have a desire to
have a family which puts You as the center of its life. Please, Lord. Lead me
in this struggle. And please, help me to keep my faith in this struggle ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar